Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Artikel Utama

Imlek 2574: Grebeg Sudiro di Tahun Kelinci Air, Tradisi Unik Cita Rasa Autentik

27 Januari 2023   13:47 Diperbarui: 28 Januari 2023   08:44 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lampion kelinci air di depan klenteng Tien Kok Sie, pasar Gede | Dokumentasi pribadi 

Grebeg Sudiroprajan bukan hanya sebagai simbol kebersamaan dan kolaborasi. Namun, kehadirannya memberikan warna tersendiri dalam pergumulan konflik sosial. 

Grebeg diambil dari istilah Jawa. Yaitu perayaan besar sebagai ucapan syukur atas sebuah peristiwa penting. Sedang Sudiroprajan merupakan kawasan pecinan yang menjadi salah satu incaran kebrutalan anarkisme rasis pada tragedi Mei 1998 di kota Surakarta.

Meskipun pada tahun 2007 perayaan ini sempat mendapat penolakan mengingat kondisi traumatik beberapa warga pasca kejadian Mei 1998, namun pada akhirnya grebeg tetap menjadi pilihan terbaik selaku dialog antar kelompok.

Usai membuka acara grebeg Sudiro, mas Gibran kembali berjalan kaki ke Balaikota Surakarta yang berjarak hanya beberapa ratus meter dari venue| dokumen pribadi
Usai membuka acara grebeg Sudiro, mas Gibran kembali berjalan kaki ke Balaikota Surakarta yang berjarak hanya beberapa ratus meter dari venue| dokumen pribadi

Sudiroprajan mencoba menghadirkan kembali nuansa tradisi masyarakat Tionghoa melalui sederet acara saat grebeg berlangsung. Sedangkan puncak dari Grebeg Sudiroprajan adalah berlangsungnya prosesi pawai dan pembagian apem China atau lebih terkenal dengan kue keranjang.

Tanpa banyak kata lagi, mari kita kulik beragam tradisi grebeg secara singkat, wokay?

#1 Barongsay atau Barongsai

sebuah perpaduan antara tradisi cucuk lampah dalam budaya Jawa sebagai penolak bala sebelum sebuah perayaan dimulai| Dokumentasi pribadi 
sebuah perpaduan antara tradisi cucuk lampah dalam budaya Jawa sebagai penolak bala sebelum sebuah perayaan dimulai| Dokumentasi pribadi 

Sebagai contoh produk akulturasi tersebut adalah barongsay. Kata "barong" berasal dari bahasa Jawa yang bermakna topeng. Sedangkan "say" atau "sai" diyakini merupakan cara pengucapan masyarakat Jawa yang menginduk dari kata "shī" pada kata 狮子 dari bahasa China yang merujuk pada arti singa. Meskipun pada faktanya di Tiongkok, penamaan barongsai tidak pernah ada.

Salah satu barongsai yang siap tampil pada grebeg Sudiro| Dokumentasi pribadi 
Salah satu barongsai yang siap tampil pada grebeg Sudiro| Dokumentasi pribadi 

beberapa penjual mainan barongsai di sepanjang jalan menuju area pelataran pasar Gede| Dokumentasi pribadi 
beberapa penjual mainan barongsai di sepanjang jalan menuju area pelataran pasar Gede| Dokumentasi pribadi 

Selain nama dan pengucapan, beragam ritual barongsai merujuk pada kebiasaan masyarakat Jawa memulai ritual doa sebelum pertunjukan kesenian seperti reog, jathilan, ataupun topeng ireng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun