Bila mengunyah dan menghisap benda bukan makanan adalah hal yang dianggap banyak dilakukan oleh anak di bawah 2 tahun, maka aktivitas tersebut bukan lagi sebuah kelaziman bagi anak di atas 2 tahun.
Seperti kita tahu, bahwa pada umumnya otak kognisi akan berkembang sesuai pertambahan usia. Namun pada beberapa kasus, anak-anak bahkan orang dewasa masih saja mengunyah dan menghisap benda bukan makanan.
Bagi mereka yang terdiagnosa secara medis memiliki sensory processing disorder (SPD), aktivitas menghisap dan mengunyah benda bukan makanan merupakan aktivitas yang mendatangkan ketenangan.
Mengapa? Otak kita aktif bekerja untuk menemukan kenyamanan dalam aktivitas sehari-hari. Begitu pula pada saat otak kerepotan melakukan processing sewaktu menerima terlalu banyak informasi. Maka aktivitas mengunyah atau menghisap benda bukan makanan dan atau non nutrisi akan menimbulkan efek nyaman.
Dengan demikian menghisap dan mengunyah benda bukan makanan akan mendatangkan kenyamanan? Yap, betul. Ini merupakan self control bagi mereka yang tidak memiliki coping mechanism yang tepat. Yaitu upaya seseorang untuk mengelola stres.
Coping mechanism berkaitan pula dengan coping skill, kemampuan seseorang untuk meredakan atau meregulasi emosi saat menghadapi stres. Juga mengecilkan emosi yang sedang intens saat stres melanda, sehingga seseorang dapat memberikan respon atas situasi yang sedang terjadi.
Orang tua dapat melatih coping mechanism pada anak dengan melakukan  olahraga bersama anak sesuai kemampuan anak.Â
Atau dapat juga menulis jurnal, menggambar, bermain bersama secara intens (dalam artian orang tua benar-benar ikut ambil bagian dalam aktivitas bermain tersebut), mendendangkan lagu sebagai penenang, dan aktivitas distraksi lainnya.
Meskipun SPD tidak tercatat dalam DSM-5 ataupun ICD-11, namun banyak ahli kesehatan menemukan fakta bahwa memang ada perilaku SPD baik pada anak maupun dewasa.Â
Nah, daripada kita self diagnose yang ga ada gunanya, tak lelah saya mengingatkan pentingnya kita datang berkonsultasi kepada ahli kesehatan yang terkait. Dalam hal ini bisa juga kita datang ke psikolog klinis.