Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Presidensi Indonesia dalam G20, Suarakan Kembali Pemberdayaan Perempuan di Dinding Perekonomian Dunia

17 Juli 2022   20:16 Diperbarui: 18 Juli 2022   07:20 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu lapak penyaji hasil karya pengrajin perempuan | dokumentasi pribadi

"Ya, begitulah. Kan laki-laki memang lebih logis; rasional dibandingkan dengan perempuan yang lebih sering menggunakan emosinya?" 

Seberapa sering kita mendengar seseorang berkata demikian? Atau mungkin pemikiran yang seperti ini juga yang kita miliki saat ini? 

Narasi tentang kemampuan otak kiri dan kanan memang telah lama beredar dan menjadi konsumsi empuk dalam masyarakat. Seperti halnya pola pikir bahwa otak laki-laki mempunyai kemampuan untuk berpikir logis lebih baik dari pada perempuan. 

Dengan demikian, apakah kapasitas perempuan tidak berhak mendapat tempat yang pantas dalam kiprahnya demi pulihnya ekonomi global? 

Perbedaan Fisiologi Perempuan dan Lelaki

Kolaborasi sains dan teknologi dalam mengungkap pertanyaan manusia telah mencapai titik yang mengagumkan. Terlihat dari bagaimana perilaku manusia yang kini semakin dapat dipahami dan dijelaskan melalui fakta-fakta. 

Perkembangan dalam dunia neurosains pun kini merambah ranah pengetahuan sosio humanis. Emosi yang dulu hanya dapat dipahami melalui pemahaman imajinasi fiksi dari persepsi manusia, kini dapat disuguhkan dalam bentuk narasi empiris yang terkonsep. 

Terbukanya informasi memungkinkan setiap individu menikmati ilmu pengetahuan secara maksimal. 

Bersamaan dengan maraknya gerakan-gerakan sosial kemasyarakatan yang berpihak pada pemerataan hak asasi setiap manusia, ilmu pengetahuan pun hadir menjadi jembatan.

Salah satu pola pikir yang masih bertahan adalah menyoal kesetaraan hak perempuan. Ya, permasalahan kekal dari sejak jaman pra sejarah ini seakan belum jua beranjak dari paradigma masyarakat hingga kini. 

Kesehatan mental hadir bukan hanya sebagai ilmu pengetahuan yang memberi wacana publik yang hanya berhenti pada tahap wacana kesehatan yang holistik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun