"Ya, begitulah. Kan laki-laki memang lebih logis; rasional dibandingkan dengan perempuan yang lebih sering menggunakan emosinya?"Â
Seberapa sering kita mendengar seseorang berkata demikian? Atau mungkin pemikiran yang seperti ini juga yang kita miliki saat ini?Â
Narasi tentang kemampuan otak kiri dan kanan memang telah lama beredar dan menjadi konsumsi empuk dalam masyarakat. Seperti halnya pola pikir bahwa otak laki-laki mempunyai kemampuan untuk berpikir logis lebih baik dari pada perempuan.Â
Dengan demikian, apakah kapasitas perempuan tidak berhak mendapat tempat yang pantas dalam kiprahnya demi pulihnya ekonomi global?Â
Perbedaan Fisiologi Perempuan dan Lelaki
Kolaborasi sains dan teknologi dalam mengungkap pertanyaan manusia telah mencapai titik yang mengagumkan. Terlihat dari bagaimana perilaku manusia yang kini semakin dapat dipahami dan dijelaskan melalui fakta-fakta.Â
Perkembangan dalam dunia neurosains pun kini merambah ranah pengetahuan sosio humanis. Emosi yang dulu hanya dapat dipahami melalui pemahaman imajinasi fiksi dari persepsi manusia, kini dapat disuguhkan dalam bentuk narasi empiris yang terkonsep.Â
Terbukanya informasi memungkinkan setiap individu menikmati ilmu pengetahuan secara maksimal.Â
Bersamaan dengan maraknya gerakan-gerakan sosial kemasyarakatan yang berpihak pada pemerataan hak asasi setiap manusia, ilmu pengetahuan pun hadir menjadi jembatan.
Salah satu pola pikir yang masih bertahan adalah menyoal kesetaraan hak perempuan. Ya, permasalahan kekal dari sejak jaman pra sejarah ini seakan belum jua beranjak dari paradigma masyarakat hingga kini.Â
Kesehatan mental hadir bukan hanya sebagai ilmu pengetahuan yang memberi wacana publik yang hanya berhenti pada tahap wacana kesehatan yang holistik.Â