Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Memori Manusia: Ternyata Ada Fakta dalam Mitos Otak Kiri dan Otak Kanan

30 Mei 2022   10:18 Diperbarui: 3 Juni 2022   01:34 2030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: anak-anak sedang belajar | via unsplash @CDC

Mengintip sedikit dari American Psychological Association, memori manusia terbagi ke dalam 2 kategori. 

Yaitu memori implisit, memori yang didasarkan pada pengalaman masa lalu, kemudian karena dilatih secara berulang sehingga menjadi habitual action, kebiasaan. Seperti makan, minum, berjalan, bersepeda, bermain bola, dan sebagainya. 

Sedang yang kedua yaitu memori eksplisit. Dibagi menjadi tiga: working memory (kita akan ulas di lain kesempatan), episodic memory (sudah kita bahas pada artikel saya yang lalu tentang recalling memory), dan semantic memory. 

Apa yang kita gunakan selama ini dalam kegiatan belajar adalah memori semantik. Yaitu memori berdasar pengalaman yang berkaitan dengan pengetahuan hafalan maupun aktivitas berhitung secara numerik. 

Seperti, misalnya 3 x 4 = 12 kita tahu ini karena dulu pernah kita hafalkan. Atau ibu kota propinsi Jawa Tengah adalah Semarang. Ini kita hafalkan. Kita mengetahuinya tanpa harus datang ke Semarang terlebih dahulu. 

Itu bukan hal yang salah. Akan sangat berguna bagi kita belajar tentang ilmu pengetahuan tersebut. 

Namun, coba kita cermati, apa yang kemudian terjadi? Banyak anak-anak yang tidak mempunyai kemampuan untuk menghafal atau berhitung dengan segera diberi label tidak cerdas. Wadidaw, pak, buk, ayah, ibu, tante, ohm.

Sementara itu, anak-anak bertumbuh dengan kemampuan mereka masing-masing. Kapasitas otak kita tidak menentukan daya kreativitas kita. 

Akan menjadi tidak adil bila kemudian anak-anak yang berprestasi dalam bidang seni atau olahraga kemudian dikatakan tidak cerdas. Betul? Ingat, otak kita bekerja secara simultan. Bersama. Otak kiri dan kanan. 

Maka jangan heran bila anak-anak yang dulu berprestasi dalam berhitung atau menghafal belum tentu menjadi orang sukses di kemudian hari. Ya, ndak? 

Aktivitas kita sehari-hari jauh lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas memori implisit. Memori ini lebih banyak menggunakan otak emosi kita. Berlatih mendayagunakan memori implisit ternyata akan jauh berdampak baik bagi kecerdasan sosial kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun