Aktivitas tersebut di atas seakan kita lakukan tanpa sadar. Ah, yang benar? Bagaimana mungkin? Bukankah saat kita melakukan aktivitas tersebut kita pun secara sadar melakukannya?Â
Di sinilah peran aktif memori implisit. Yaitu memori yang terhimpun dari aktivitas otak menyimpan informasi dari pengalaman dalam keseharian secara kontinyu. Sehingga kita merasa seakan melakukan aktivitas tersebut secara tidak sadar.Â
Semua yang kita lakukan secara berulang akan tersimpan dalam memori jangka panjang. Memori implisit akan menyimpan saat kita belajar berjalan, menyetir mobil, mengenal tiap tikungan jalanan antara rumah dengan kantor, belajar cara makan, atau cara minum.
Begitu pula bila kita terbiasa mengkonsumsi pornografi. Semua informasi akan tersimpan dalam memori implisit. Dengan mekanisme yang sama, otak emosi akan menyimpan informasi menyenangkan dari menikmati pornografi.
Pada saat kita menikmati pornografi, hormon dopamin akan "membanjiri" otak pre frontal cortex (PFC) kita. Tentu saja ada pula keterlibatan reaksi kimiawi lainnya dalam proses ini.Â
Hormon dopamin yang dipancarkan oleh sistem limbik akan menimbulkan rasa senang dalam durasi singkat. Rasa nyaman ini kemudian menimbulkan sensasi "nagih" pada beberapa individu.Â
Ingat, salah satu tupoksi sistem limbik adalah membuat keputusan dengan cepat supaya kita mendapatkan gratifikasi atau reward. Yaitu rasa nyaman. Sekaligus sebisa mungkin menolak segala sesuatu yang dianggap sebagai ancaman atau bahkan "punishment".
Apa yang harus kita lakukan bila anak kita kedapatan mengkonsumsi konten pornografi?
Dalam beberapa kesempatan yang lalu saya pernah menyinggung tentang penggunaan ponsel atau gadget lain pada anak. Seringkali saya menjumpai saran atau masukan tentang pembatasan penggunaan ponsel terhadap anak-anak.Â
Ya, monggo saja. Akan tetapi pelarangan penggunaan ponsel atau "kekepoan" kita membatasi penggunaan ponsel pada anak pun tidak serta merta menghentikan mereka menggunakan ponsel, bukan?Â
Alih-alih berhenti. Dalam kesempatan berdiskusi dengan orang tua, bahkan ada yang membagikan pengalaman mereka bagaimana anak menunggu lengah orang tua dan mengambil ponsel yang disita orang tua karena ia "ketagihan" bermain game online. Atau keinginan mereka untuk berelasi melalui beragam aplikasi media sosial.
Satu tanya saya. Bagaimana andai kita yang memiliki ponsel tersebut, lalu ada seseorang yang selalu membuka dan mencoba mencari tahu aksesibilitas bersosialisasi kita melalui ponsel tersebut. Apa reaksi kita? Marah? Jengkel? Merasa dibatasi?