Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kebohongan Patologis: Ternyata Bohong Butuh Usaha

6 Maret 2022   19:35 Diperbarui: 3 April 2022   21:06 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : kebohongan  patologis seringkali dilakukan tanpa sadar oleh pelakunya | via unsplash.com @Vitolda Klein

Amygdala akan melakukan penolakan terhadap segala rancangan kebohongan yang kita susun. Akan tetapi, dorongan untuk berbohong pun sangat besar. 

Pernahkah keringat dingin keluar dari tubuh kita, lalu ada rasa takut, cemas dan kuatir bagaimana bila nanti kita ketahuan berbohong? Nah, seperti itulah. 

Lalu apa yang terjadi bila kita memilih berbohong kemudian tidak terjadi apa pun yang membahayakan kita? Waaah, amaan... Begitu bukan? 

Di lain kesempatan, karena pengalaman berbohong tersebut disimpan sebagai sesuatu yang tidak membahayakan, maka ketika ada impuls yang sama masuk ke dalam otak kita amygdala tidak akan meresponnya lagi sebagai sesuatu yang membahayakan diri kita. 

Pengalaman tersebut diasosiasikan sebagai sesuatu yang sudah biasa. Sehingga, dalam hal ini seseorang akan merasa terbiasa untuk berbohong. Bahkan bagi beberapa orang kemudian timbul respon yang kompulsif. 

Kebohongan patologis dilakukan dengan sangat akurat dan terperinci. Tentu saja kebohongan ini membutuhkan tenaga ekstra. 

Bila demikian, mengapa masih saja dilakukan? 

Perlu diketahui bahwa para penyintas kebohongan patologis tidak mampu membedakan antara imajinasi dan kenyataan. Hal inilah yang membuat kebohongan ini sulit terdeteksi. 

Mengingat bahwa kebohongan  patologis merupakan penyerta dari beberapa gangguan mental tertentu, maka untuk dapat mendiagnosa apakah seseorang melakukan kebohongan patologis atau tidak, harus dengan penegakan diagnosa oleh ahli jiwa berlisensi. 

Itulah mengapa saya ingin menyampaikan juga bahwa artikel ini saya unggah hanya untuk kepentingan edukasi. 

Bila ada teman-teman yang merasa memiliki kondisi yang sama, alangkah baiknya bila tidak melakukan self diagnose. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun