"We lie when honesty won't work" (Timothy R. Levine)
Wew... lama ya sudah tak bersua(ra)? Sebagai pembuka langkah di bulan ini, saya ingin sekali berbagi dengan Anda tentang kebohongan.Â
Kay, berbohong. Bila di antara teman-teman ada yang belum pernah berbohong, ayo silakeun angkat tangan!Â
Hmm, bagi yang berani mengangkat tangan, saya angkat jempol untuk Anda! Â Aissh, sudahlah langsung saja, yes. Let's cekidot, mai fren...
Motivasi Melakukan Kebohongan
Setiap orang mempunyai alasan tersendiri untuk berbohong. Ya, terkadang mereka berbohong untuk meningkatkan self esteem; mempertahankan agar diri sendiri mendapatkan keberhargaannya di hadapan orang lain.Â
Kadang seseorang berbohong karena tidak ingin melukai perasaan orang lain. Atau juga karena ingin mendapatkan simpati dari orang-orang di sekitarnya.Â
Bahkan saat kita berhadapan dengan seseorang yang sebenarnya kita tidak suka sikapnya, tetapi karena ia adalah klien penting perusahaan maka ya, kita pun harus bersikap baik terhadapnya.Â
Tetap tersenyum meski rasanya ingin melempar palu godam; senantiasa ramah padahal sebenarnya sangat sebal dengan kepribadiannya. Benar atau benar? Bukankah yang kita lakukan pada saat itu adalah kebohongan?Â
Sekali lagi, di sini saya tidak akan berusaha ndakik-ndakik memberikan nasehat beserta tips trik jitu supaya kita dapat menghindar dari kebohongan. Atau bahkan akan mengulas semua hitam putihnya kebohongan. Bukan keahlian saya itu.Â