Namun, apakah peningkatan ini juga berimbang dengan terpenuhinya standar prevalensi kebutuhan penduduk pengguna dengan ketersediaan jurnal? Perkara inilah yang selayaknya mendapat perhatian tersendiri dari BRIN mendatang.Â
Dampak Intervensi Ideologi: Degradasi Hasil Risetkah Ini?Â
Pengangkatan Megawati Soekarnoputri sebagai pimpinan Dewan Pengarah BRIN menimbulkan banyak polemik di kalangan masyarakat luas.Â
Ini jelas menjadi kekhawatiran bagi dunia riset Indonesia. Terlihat jelas pada pasal 6 Perpres tersebut di atas, yang menjelaskan tentang tugas Dewan Pengarah.Â
Yaitu "memberikan arahan kepada Kepala dalam merumuskan kebijakan dan penyelenggaraan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan menjadi landasan dalam perencanaan pembangunan nasional di segala bidang kehidupan yang berpedoman pada nilai Pancasila."
Terlihat indah. Begitu idealis. Namun bagi beberapa kalangan, alih-alih idealis. Perkara ini merupakan mimpi buruk bagi independensi sebuah riset. Mereka menganggap ada intervensi ideologi yang akan mempengaruhi hulu sebuah riset; kepustakaan!Â
Begitu pula kekawatiran masuknya kepentingan politik kembali menjadi bahan bahasan di media sosial.Â
Tak mampu terbayangkan bila terjadi benar degradasi ilmu pengetahuan hanya untuk segelintir kepentingan pihak tertentu.Â
Sebuah hasil riset, penelitian sudah sepatutnya berdiri secara independen. Independensi merupakan komponen kredo masyarakat terhadap hasil dari riset tersebut adalah murni, kalis dari lapangan. Oh, goodness.  Â
Bagi para penikmat jurnal penelitian, termasuk saya, sudah kepalang terkejut dengan  berita tersebut. Riset yang selama ini dipercaya dilakukan secara independen, kini berstatus terstrukur secara sentralis.Â