"Oh, sebentar lagi mungkin ada yang akan menerima rajam," bisik mulai menelisik ruang telingaku. Terasa begitu menyesakkan batin.Â
Apakah ini mudah? Tidak!Â
Ini bukan seperti dongeng buatan para penyair. Ini bukan drama yang dipentaskan di hadapan Sang Kaisar. Bukan.Â
Ini sebuah ketakutan.Â
Aku hanya manusia biasa. Mengandung anak pada saat bertunangan adalah hal yang memalukan. Semua orang tahu ini melanggar norma, aturan, adat, dan kebenaran yang senantiasa didendangkan semenjak aku kecil.Â
Tetapi, apakah mereka percaya bahwa aku hamil karena sebuah amanat? Apakah mereka akan percaya bahwa kehamilanku bukan karena tindak asusila?Â
Bukankah selama ini mereka yang mencibir itu tahu bahwa aku senantiasa menjaga diriku bersih? Menjaga kelakuanku benar?Â
Tetapi, sudahlah. Aku memutuskan untuk menerima titah agung ini. Segala caci atau mungkin hukuman mati, aku tidak akan peduli.
Kehinaan ini tak akan sebanding dengan kasih yang kuterima, yang akan mereka terima, yang akan diterima semua manusia.Â
Itu cukup bagiku.Â
Satu yang aku tahu, Sang Agung Pemilik Semesta, tidak pernah membiarkan aku bernestapa.Â