Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indigo, Sebuah Karunia atau Kutukan?

1 November 2021   15:04 Diperbarui: 27 April 2022   05:24 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:anak indigo, apakah sebuah karunia? | via lunarwolf.com

Sebagaimana dinyatakan oleh dr. Jiemi Ardian, SpKJ, ahli kejiwaan Silloam Hospital Bogor dalam sebuah artikelnya, bahwa ada kemungkinan waham dan halusinasi yang dialami oleh anak indigo merujuk pada epilepsi. 

"Epilepsi bukan hanya ternampak pada reaksi kelonjotan, sama seperti yang secara umum terlihat pada penyintas epilepsi. Beberapa diantaranya mengembangkan gangguan psikiatri, halusinasi, delusi, bahkan gangguan kepribadian/ perilaku," begitu ungkap beliau.

Saudara, mungkin saya termasuk seorang yang beruntung dalam hal ini. Terlepas apakah semua pengalaman supranatural yang saya alami adalah nyata atau hanya halusinasi, yang pasti selama saya menerima label indigo tersebut, banyak hal yang saya pelajari.

Percayalah, Ayah, Bunda...sungguh sulit bagi kami untuk menjalani kehidupan ini bila tidak ada circle yang mendukung. Entah ini merupakan talenta ataukah kutukan, saya pun tidak akan mendiagnosanya dari sisi spiritual.

Namun, alangkah baiknya ketidaknyamanan yang kami alami ini teratasi. Bukankah kita ingin anak-anak kita sehat secara holistik?

Saya sempat berkumpul dalam sebuah komunitas yang mempunyai "kemampuan" yang sama. Okay, memang dapat menolong. Setidaknya, ada pengalaman yang mampu tertampung bersama.

Apa yang saya alami menarik saya pada kehidupan yang mendudukkan saya pada pembelajaran mental health. Belajar bagaimana mengolah energi, membaginya kepada sesama yang membutuhkan akan lebih bermanfaat.

Akan tetapi, saya bukan anak indigo lain. Cara kami menyikapi hal-hal di luar nalar akan berbeda. 

Mungkin segala pengalaman mistis yang pernah saya alami semakin berkurang seiring waktu berlalu. 

Apabila memang Ayah, Bunda mendapati gejala yang sama pada ananda, mari, demi kebaikannya, bawalah kepada ahli profesional yang memang mempunyai kemampuan di bidangnya. Entah itu kepada psikolog atau psikiater, supaya semua yang terasa tidak nyaman, menjadi hal yang lebih nyaman. 

Pada akhirnya, saya hanya berharap, artikel ini dapat berdampak baik bagi generasi kita mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun