3. Kepekaan terhadap lingkungannya inilah yang membuat seorang anak indigo memiliki rasa empati yang tinggi. Meskipun seringkali tidak mampu bersosialisasi dengan lingkungannya, namun anak indigo sangat peka dalam berempati.
4. Karena sifat kritisnya, anak indigo terkesan memiliki sifat pemberontak. Why? Seorang anak indigo mudah merasa bosan untuk melakukan hal-hal yang bersifat rutin.
Wow… apakah Anda memiliki anak yang “mungkin” termasuk dalam kategori anak-anak indigo? Apakah indigo benar-benar sebuah keistimewaan?
Tunggu dulu, saudaraku. Mari saya bentangkan faset lain, sehingga teman-teman dapat memahami dengan benar apa yang sebaiknya kita lakukan bila menghadapi anak yang menerima label indigo.
Dari semua sifat dan perilaku yang saya sampaikan di atas adalah sifat- sifat umum yang sempat saya rangkum dari beberapa srtikel kesehatan dan rangkaian pengalaman pribadi saya.
Bagaimana bila kita melihat dari kacamata medis?
Dari lensa medis, indigo seringkali dihubungkan dengan masalah neuropsikiatri. Yaktul…bagian persarafan.
Karena tidak didapati gejala atau ciri khusus yang dapat dinisbikan secara empirik, maka imajinasi dan “kepekaan” terhadap makhluk tak kasat mata dan semua yang terkoneksi dengan hal-hal yang dianggap mistis dipandang sebagai sebuah halusinasi dan delusi.
Sama seperti gangguan waham yang menyertai penderita bipolar, ADHD, dan gangguan mental lain dengan penyertaan waham.
Aspek lain yang menyebabkan indigo tidak diterima dalam dunia kedokteran adalah karena belum ada penelitian ilmiah yang dianggap mempunyai kredibilitas atas kasus indigo.
Semua ciri yang dikenakan pada anak indigo bersifat samar. Semua orang bisa saja mengalaminya. Sehingga sifat-sifat yang digunakan oleh masyarakat luas melibatkan efek Barnum-Forer.
Pada kebanyakan kasus yang terjadi, orang tua si anak atau mereka yang ada di lingkungan di mana anak tersebut tumbuh adalah yang memberikan label indigo. Ini terjadi karena si anak seringkali bertingkah laku yang bersinggungan dengan pengalaman yang di luar nalar.