Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Body Positivity ala Adele: Belajar Welas Asih dari Mindset Cukup

17 November 2021   17:38 Diperbarui: 15 Mei 2022   22:29 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada ruang rasisme yang kemudian membuat hierarki dan hegemoni hadir dalam sistem masyarakat kita. 

Wanita, misalnya. Akan dianggap cantik bila mempunyai kulit terang, rambut lurus, hidung mancung, ukuran tubuh langsing, atau wajah glowing --tentu saja tanpa asesoris jerawat-- kinclong tanpa cacat. 

Seolah individu tanpa idealisme tersebut, menjadi "tidak diterima". Menjadi di luar kotak normatif. 

Sebuah idealisme sosial yang tentu saja terjadi bukan hanya di belahan dunia Timur. Bahkan merebak menjadi kajian, kemudian diangkat oleh kaum pemerhati dunia kesehatan mental untuk menyuarakan Body Positivity. 

Mahzab body positivity mulai muncul di tahun 1960-an sebagai sebuah gerakan penerimaan diri terhadap lemak secara utuh di dalam tubuh. 

Pada tahun 1996 body positivity kembali muncul ke permukaan menjadi bahan ajar dan ujar. Pemunculannya saat itu berorientasi pada proses edukasi mengenai pentingnya pola pikir positif terhadap capaian idealisme bentuk fisik individu. 

Ini dilakukan sebagai upaya mendistraksi pola pikir masyarakat yang mengagungkan diet ketat dan olah raga berlebihan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh. 

Nah, berlanjut di tahun 2012 yang lalu. Istilah dan gerakan body positivity mulai mengalami perkembangan, bukan hanya menyoal lemak tubuh secara utuh. 

Body positivity mengalami pergeseran makna, dimana istilah tersebut meluas kepada perubahan mindset "all bodies are beautifull". Yang mengacu pada penerimaan diri bahwa seluruh tubuh kita adalah baik dan indah dengan segala keunikannya. 

Lalu bagaimana mungkin body positivity bisa jadi toxic positivity? 

Bagi beberapa orang di luar sana, terjadinya peradangan akibat jerawat akan menimbulkan perasaan sedih, kecewa pada kondisi tubuh, bahkan dalam beberapa kasus terjadi anxiety (gangguan kecemasan). Begitu pula dengan ukuran dan bentuk tubuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun