Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Masih Ingin Camilan Setelah Makan? Perhatikan Dulu yang Ini

20 September 2021   11:46 Diperbarui: 2 April 2022   00:03 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara singkat, stres merupakan suatu respon fisik maupun psikologis seseorang terhadap stimulan (stresor) yang dirasa membahayakan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar tubuh kita. 

Stresor bisa berupa beban pekerjaan, ujian, skripsi, relasi dengan teman, atau konflik dalam pernikahan, dan masih beragam hal yang membuat kita merasakan "bahaya".

Berbeda dengan emosi dan depresi. Stres mampu memunculkan beragam perasaan. Bisa jadi marah, sedih, atau takut. 

Stres yang tidak dikelola dengan baik akan berdampak pada kesehatan tubuh yang menurun. 

Akan tetapi, seperti halnya obat, bila stres diberikan pada takaran yang tepat akan membantu seseorang lebih bertumbuh, lebih bahagia. 

Pada saat stres, tubuh kita akan memproduksi hormon kortisol. Pada dasarnya, hormon ini bekerja secara otomatis dalam tubuh kita. Bila boleh saya ibaratkan, ada tombol on/off yang mengatur kapan mulai dan kapan berhentinya. 

Hormon ini akan mengirim sinyal kepada otak, bahwa tubuh kita membutuhkan makanan yang dapat menghasilkan gula dan lemak. 

Pada makanan tertentu, seperti coklat, es krim, french fries, pizza, atau kue kering, akan meningkatkan aktivitas neurotransmitter di otak, sehingga mengakibatkan seseorang merasakan kenyamanan pada saat mengonsumsi makanan tersebut. 

Maka, bukan hal yang mengherankan bagi mereka yang terbiasa mendistraksi stres dengan mengonsumsi makanan, pasti mendambakan segelas coklat hangat, atau sekadar sebatang es krim, atau mungkin ada pula yang menginginkan makanan cepat saji. 

Permasalahannya, bagaimana bila kita terbiasa mengonsumsi coklat, es krim, pizza, atau gorengan untuk meredakan emosi, tanpa kita mempedulikan besaran jumlahnya? 

Dalam sekejap makanan tersebut memang mendatangkan kenyamanan. Tetapi, pleasure, kenyamanan yang kita terima tersebut hanya bersifat sementara. Tidak memiliki durasi yang panjang. 

Emotional Eating Termasuk Gangguan Mental Atau Bukan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun