Namun pada kenyataannya, selama PJJ berlangsung, siswa dan mahasiswa lebih cenderung merasa dirinya tidak berkompeten untuk menjalankan tugasnya.Â
Sehingga banyak di antara mereka yang memilih melakukan perilaku negatif seperti menyontek, googling pada saat ujian berlangsung, prokastinasi, drop out, dan perilaku negatif lainnya.Â
Tentu saja, online learning self efficacy yang diharapkan muncul selama masa PJJ pun pada realitanya tidak tercapai.Â
Pembelajaran melalui sistem daring selama satu tahun ini dinilai kurang memberikan pengalaman langsung; kurang mampu memberikan informasi yang kuat bagi self efficacy para pelajar dan mahasiswa.Â
Learning loss dilaporkan semakin tinggi dari hari ke hari di berbagai daerah. Ini tentu saja bukan hal yang main-main, saudara.Â
Learning loss, hilangnya kesempatan bagi peserta didik untuk dapat menerima pelajaran secara maksimal karena berkurangnya intensitas pertemuan skin to skin dengan para guru, mengakibatkan turunnya kualitas siswa.Â
Itu mengapa tingkat capaian keberhasilan anak-anak menyerap dan meresponi suatu mata pelajaran dianggap telah mengalami penurunan kualitas.Â
Bagaimana dengan temuan kasus-kasus KDRT pada anak-anak selama masa PJJ?Â
Coba cek data yang saya bawakan berikut ini.Â
Kekerasan terhadap anak selama pandemi berlangsung sempat saya intip dari KPPPA.go.id melalui data dari SIMFONI PPA, pada 1 Januari – 19 Juni 2020 telah terjadi  3.087 kasus, di antaranya 852 kekerasan fisik, 768 psikis, dan 1.848 kasus kekerasan seksual.Â
Bagaimana bisa terjadi?Â
Beban pengeluaran; biaya hidup yang harus diadakan setiap hari dirasakan tak sebanding dengan pendapatan keluarga yang tidak stabil.Â