Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar dari Britney Spears: Ayah, Jangan Beri Aku Luka

28 Juni 2021   19:19 Diperbarui: 29 Juni 2021   04:08 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu bentuk komunikasi yang hanya akan berakhir dengan jawaban, sudah atau belum; ya atau tidak. Setelah itu, selesai sudah. Tidak ada afirmasi yang melibatkan emosional kita kepada anak. Lalu bagaimana menyiasatinya?

Beri afirmasi yang jelas, sehingga anak-anak mengerti serta paham. Contohnya, "Wah, Ayah bangga Kaka bisa jagain adek. Kaka memang hebat." 

"Ayah tahu, adek sedih dapat nilai C. Ya, itu bukan berarti adek harus stop berusaha bukan? Kita coba lagi yha."

"Siapa yang sudah berani bikin anak Ayah nangis? Lha wong ayah aja kerja keras biar anak Ayah seneng kok."

Kemampuan seorang ayah untuk melakukan afeksi semacam pelukan tulus kepada anak, atau berolah raga bersama, bermain bersama, membuat konten YouTube bersama anak, bahkan sekadar berguling-guling di lantai bersama anak akan menumbuhkan sensasi tersendiri bagi anak.

Dalam usia dini, sentuhan emosional seorang Ayah yang tulus dan penuh kasih sayang akan menumbuhkan rasa nyaman, hangat,dan aman dalam diri anak. 

Selain itu, seorang ayah dapat mengajarkan anak untuk membedakan sentuhan yang baik, -mendatangkan sensasi hangat, nyaman, tenang, dan aman- dan sentuhan yang jahat -sentuhan yang menimbulkan perasaan jijik, takut, dan tidak baik. Dengan demikian, anak mampu mewaspadai adanya tindakan pelecehan seksual yang mungkin terjadi.

"bila hati bapa kembali kepada anak-anaknya, dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya, maka selamatlah bumi". 

Anda sepakat? Selamat menempuh perjalanan relasi Anda.

Sampai jumpa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun