Setiap orang mempunyai kenangan tersendiri dengan orang tuanya. Ingatan bisa jadi mengenai hal buruk maupun yang indah.Â
Memori tersebut tercipta sewaktu kanak, kemudian dengan berjalannya waktu menjelma dalam perilaku yang tanpa sadar mempengaruhi jalinan relasi seseorang dengan sesama.Â
Arti Penting Sentuhan Emosional Ayah Bagi Anak
Antara ibu-anak terjalin hubungan emosional sejak dalam kandungan. Maka sentuhan emosional ibu ke anak tidak membutuhkan afirmasi sebesar afirmasi dan afeksi yang harus ditunjukkan ayah kepada anaknya.
Begitu pula dengan arti penting pelukan bagi seorang anak akan menumbuhkan hormon oksitosin yang menenangkan bila anak sedang dalam kondisi marah, kecewa, sedih, takut, atau bingung.Â
Rasa tenang inilah yang apabila diterima secara berulang akan bertumbuh menjadi rasa percaya diri. Ada self acceptance yang bertumbuh dalam diri seorang anak.
Alangkah beruntungnya seorang anak yang bertumbuh dalam indah dan uniknya peluk seorang ayah.Â
Akan tetapi tidak semua anak demikian adanya, bukan? Bagaimana bila orang tua dalam masa perceraian? Atau bagaimana bila seorang ayah harus bekerja dan tinggal berjarak dengan keluarga? Atau bagaimana bila sang Ayah telah meninggal?
Saya sempat tercekat ketika membaca sebuah berita dari  bbc.com (23/06/2021). Sebuah kerinduan seorang anak kecil yang ayahnya meninggal saat ia berusia 4 bulan.Â
Bagaimana ibunya dengan susah payah menjelaskan dan mencoba memvalidasi emosi si anak dengan mengijinkannya mengungkapkan rasa rindu kepada ayahnya dalam bentuk surat sederhana.Â
Sementara jauh di luar sana, ayah yang seharusnya hadir sebagai pelindung, pemberi rasa aman dan nyaman pada anak-anaknya, malahan secara fisik maupun psikis masih terus membebani anak dengan luka yang entah harus dibebat berapa lama.
Tragedi Khatchaturyan bersaudari seperti diungkap dalam  bbc.com- khatchaturyan tersebut mungkin hanya salah satu di antara sekian ragam kasus anak-anak yang membawa trauma masa kecilnya hingga kehidupan dewasa mereka.Â