Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Andai Saja Overthinking Dapat Ku-ghosting

24 Maret 2021   17:51 Diperbarui: 25 Maret 2021   09:41 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: someone in depresed | via pixabay.com

What a day, Khey....

Hari yang berat, bukan? Oh, sebentar...ambil minummu, lalu duduklah bersamaku. It's been a long time, udah lama kita berdua tidak tenggelam dalam lubang kata-kata. 

So...here we go..... Cerita dikit yha.

Dulu, sebelum terdiagnosa sebagai penderita gangguan tiroid, ada saja perilaku yang membuatku dan orang-orang di sekitarku, merasa betul-betul tidak nyaman. Itu karena seringkali timbul mood swing. Mood atau suasana hati yang berubah. 

Suatu kali senang, namun dalam sekejap bisa saja berubah menjadi marah yang tak terhingga, atau terkadang takut, kemudian dengan satu jentikan jari berubah menjadi sedih yang tak kunjung usai.

Nah, pada saat moody, tidak ada hal lain dalam pikiranku selain berjuta pertanyaan yang seringkali membuatku lelah, menangis tanpa sebab, namun tak satu pun pertanyaan tersebut kujawab dengan baik.

Jadi, selain rutin memeriksakan diri ke dokter yang bersangkutan, aku pun berupaya, bagaimana bisa mengatasi masalah menekan emosi. 

Tunggu sebentar! Ya, menekan emosi. Itu caraku dulu coping masalah. Ditekan, ditekan, terus... akhirnya dhuaar!! Ambyar...hehehe. 

Seringkali aku merasa payah. Kerjaan kantor ga ada yang beres, hubungan dengan teman-teman jadi ga jelas, bahkan setiap malam selalu dihantui overthinking. Ugh!! 

'dead line bentar lagi nih'

'duh si A tadi pasti kesel habis aku marah-marahin, sekarang aku butuh data ma dia,'

'gimana kalo dia ndiemin aku? kalo ga mo ngobrol 'ma aku? Engga mo kasih file nya ke aku? Oh gimana laporan bulananku?'

Semacam itulah, Khey. Begitu menyiksa.

Aku berharap, ada yang peduli dengan ketidaknyamananku. But guess what! Yap. None even know how i feel. Jangankan orang lain. Aku sendiri pun tidak pernah mengerti apa yang terjadi pada diriku, xixixi...begitulah. Akibat terlalu sering menekan emosi. Bahkan diri sendiri sedang ngapain, aku ga ngerti.

Yang aku tidak mengerti di titik kejenuhanku ini, ternyata ada saja teman atau kerabat yang bilang, "makanya sembahyang dong. Banyakin ibadah loe,".

Lhah, memangnya mereka pikir aku ga pernah berdoa? Aku ga pernah bersyukur? Tiap kali kerasa nyesek di dada, yang ada di dalam kepalaku cuman satu. Tuhan! 

Bisa jadi kadang pergi ke gereja seminggu lebih dari sekali, bagaimana mungkin aku dibilang kurang sembahyang?

Tahu ga Khey? Semenjak ada pelabelan dan definisi orang lain seperti itu, aku semakin merasa under pressure. Stres banget. Rasanya pengen mati aja. Kek dunia ini sudah ga perlu aku lagi. Aku bukan sedang berhiperbola. Ini benar-benar aku alami.

====

Nah, Khey...dulu aku seperti itu. Setelah melewati masa treatment dokter secara berkala, akhirnya aku merasa lebih baik. Sudah sembuhkah aku? Mmmm, well...sudah membaik. Paling tidak, aku bisa lebih nyaman menjalani hari-hariku.

Sekarang, aku pun ingin berbagi denganmu, Sobat.... :)

See... sebenarnya kalau boleh aku katakan, kita semua berpotensi untuk jatuh dalam overthinking. Kau mungkin bisa saja berkata, 'Loe ajha kali, bukan gue,'. Hmmm, tunggu dulu, Sobat (nih udah mulai melibatkan pembaca, ehe ehe).

So, gini nih. Yuk kita lihat dari kata overthinking yang terdiri dari kata over dan thinking, cmiiw :)

Thinking. Apa yang salah? Jangankan kita yang manusia, tikus di got, nyamuk di kamar, bahkan semut merah di dinding kantin sekolah pun punya kemampuan untuk berpikir. 

Berpikir, merupakan usaha manusia untuk menggunakan rasionya. Artikelku yang kemarin juga ada satu pernyataan bukan?

Sebenarnya manusia itu adalah makhluk emosional yang berusaha menggunakan rasionya. 

Begitulah. Salah satu tujuan kita menggunakan pikiran adalah agar kita mampu survive, bertahan. Bukankah itu adalah kebutuhan hidup kita? Nah, proses berpikir yang berlebihan secara kompulsif, itulah yang dinamakan overthinking.

Lalu bagaimana terjadinya overthinking?

Ahay! Yuks kita nyemplung lebih dalam. Egh, masih diterusin membacanya, kan? Okay! Let's go, bibeh...

Aktivitas berpikir adalah tindakan antisipasi kita saat kita menghadapi permasalahan. Kita fight, flight, or freeze. Kita bisa jadi mencoba mencari solusi atas masalah yang ada. 

Sederhananya, kita mencari jawaban atas segala pertanyaan yang hadir dalam batok kepala kita.

Selama kita mempunyai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka itu merupakan tindakan antisipasi. Namun, apabila kita sudah tidak lagi mempunyai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi kita memaksa diri menghadirkannya maka itulah saatnya kita sedang..... overthinking :)

Contohnya, saat kita sedang menghubungi seseorang dan berharap agar segera mendapat jawaban dari orang tersebut. Namun, setelah menungggu hampir setengah hari ia belum memberi kabar, maka yang seringkali mampir dalam kepala kita adalah kata-kata seperti,

"wah, kenapa chat-ku ga dibales yha?'

'oh mungkin dia sedang sibuk'

"sibuk? masa hampir seharian sibuk? sibuk ama siapa?"

"pasti nih dia cuman cari alasan"

"apa dia sibuk kerja, atau chat ama org lain?"

"siapa mereka? siapa dia?"

"berarti dia udah ga suka sama aku lagi yha?"

Well...apakah sering terjadi yang seperti itu, Sob? Sembari bergumul dengan pertanyaan tak terjawab tersebut, tanpa sadar muncul rasa bersalah, minder, kecewa, marah, sedih tak berujung, bahkan self blamming, pula rasa putus asa, lalu kita mengalami stres, atau bahkan depresi. Waduuuh, adakah yang merasa demikian?

Tenang, bukan cuma kamu dan aku doang kok. Kabar gembira sekaligus kabar buruknya, adalah....hampir semua orang pernah overthinking.

Overthinking bisa datang dari berbagai hal. 

Setiap orang tidak menghadapi problem yang sama, bukan? Dan biasanya seseorang tidak akan sadar bila dirinya sedang overthinking. Iya ga? 

Overthinking biasanya datang pada malam hari, menjelang tidur. Nah, inilah yang seringkali membuat seseorang sulit untuk mendapatkan tidur yang nyenyak. Tidur yang tenang, istirahat yang dalam. 

Berkaca dari pengalaman sendiri, dulu sebelum belajar mindfulnes, aku seringkali tidak sadar sedang overthinking.

Sadar bahwa menekan emosi bukan hal yang sehat untukku, maka aku berupaya untuk mencari tahu teknik apa yang pas dan nyaman. Akhirnya bertemulah aku dengan akun mas Adjie Santosaputra. 

Dari mindfulnes, aku belajar banyak hal. Salah satunya, aku jadi tahu bila tubuh sudah memberi alarm, berarti saatnya aku harus berhenti sebentar.

Ada berbagai kondisi tubuh yang bereaksi dengan adanya tekanan dari aktivitas overthinking. 

Respon tubuh setiap orang mungkin akan berlainan bila terlampau dalam terjebak dalam aktivitas overthinking. Seperti, timbul rasa pegal di bahu, atau tengkuk yang mulai terasa berat lalu berujung pada sakit kepala, atau muncul rasa mual ( bukan karena morning sick, hehehe).

Nah! Inilah pentingnya, kita mengenali sinyal tubuh. Apakah kita bisa menghindari pikiran-pikiran itu?? Kenyataan yang terjadi berkata, "tidak". 

Mungkin ada beberapa di antara yang membaca artikel ini berusaha mengalihkan beratnya dampak overthinking dengan memburu dopamin. Main PS-5, game online, atau scrolling media sosial yang meskipun melelahkan namun tetap dilakukan...(hehehe)

Sebenarnya, ada berbagai teknik dalam terapi mental health. Tetapi, saya lebih nyaman dengan mindfulnes. Dalam mindfulnes aku juga belajar untuk memberi jarak dengan pikiran-pikiran yang datang.

Mengapa harus berjarak? Karena pikiran-pikiran yang belum tentu benar; ekspektasi yang sebenarnya tidak sesuai dengan realita sebenarnya itulah yang menyakiti kita.

Menghentikan pikiran-pikiran tersebut adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Pikiran itu datang tanpa dapat kita hindari. Tidak bisa kita tolak. Meskipun kita berusaha menghindari, pikiran itu akan kembali datang sewaktu-waktu.

Issue nya bukan untuk menghentikan pikiran-pikiran tersebut. Tapi berjarak dengan pikiran.

Kenali ia, saat ia datang. Tidak usah terburu-buru mencoba menjawab setiap pertanyaan di kepala. Karena ketika kita sudah tidak mampu menjawab pertanyaan, pikiran akan terus mencoba untuk menipu kita. Ingat, apa yang ada dalam pikiran belum tentu sesuai realita.

Ada satu yang menarik dalam filosofi Stoa, Khey dan semua Sobatku. Bahwa sebenarnya hanya ada dua hal yang bisa kita cermati.

Mari kita kendalikan apa yang mampu kita kendalikan dan yang tidak dapat kita kendalikan, ya biarkan saja terjadi apa adanya.

Nulis diary ini pun bisa jadi katarsis saat kita overthinking. Bener ga sih, Khey...?

Khey, meskipun overthinking bukan termasuk kategori disorder -dunno why lately people realy love knowing this matter-, namun ada gangguan mental yang berhubungan dengan overthinking, seperti misalnya anxiety disorder. Overthinking seringkali datang tanpa kenal jenis kelamin atau pun jajaran profesional tertentu.

Terlebih, di jaman kiwari, dimana orang mempunyai intensitas tinggi dalam penggunaan hp. Penggunaan gadget yang berlebih merupakan salah satu faktor pemicu seseorang untuk jumping to conclution. Dengan data yang tidak lengkap, seseorang dengan mudah mengambil kesimpulan. 

Selain meditasi mindfulnes, saya juga sedang mengurangi pola kata "saya harus", "saya pasti". Kalau untuk yang ini, saya mencoba saran dari dr. Andreas Kurniawan, SpKJ si penyapa Sobat Overthinking.

Apakah ini berhasil untuk yang membaca? Monggo saja....

Kay, c yha...

*PS: jadi buat yang belum tahu, Khey itu nama panggilanku buat Kompasiana :))

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun