Harus mengetahui dengan benar, bahwa beriringan dengan waktu fisik pasangannya yang lebih tua akan mengalami penurunan fungsional, termasuk aktivitas seksualnya.
Kematangan emosi seringkali kurang mendapat perhatian. Padahal, setiap pasangan perlu mengetahui kematangan emosi tiap individu. Ini berkaitan erat dengan relasi emosi antara ortu dengan anak, dalam hal ini individu yang ingin menikah.Â
4. Mengenal lebih jauh tentang budaya dalam keluarga yang dibawa oleh masing-masing individu
Hal ini pun tidak boleh diremehkan. Mengingat, pernikahan adalah bersatunya dua individu dari dua keluarga yang berbeda.Â
Nantinya ini akan berpengaruh pada proses pengasuhan anak dan pemahaman masing-masing posisi individu dalam berumah tangga. Ya, disfungsional merupakan satu dari sekian faktor yang mendasari maraknya kasus perceraian.Â
Melalui konseling pranikah pada pasangan diharapkan mempunyai wacana yang lebih luas mengenai peran masing-masing individu dalam membina rumah tangga.Â
Bagaimana ikatan emosional antara pasangan kita dengan saudara dalam keluarganya, serta penting mengetahui kebiasaan dalam menyikapi konflik yang timbul dalam keluarga.
5. Pentingnya marital therapy
Hmm, ini nih yang belum banyak diketahui oleh kaum muda yang berfantasi kebelet nikah.Â
Apa sih marital therapy? Yaitu terapi yang digunakan oleh para terapis untuk mengakomodasi para pasangan yang sudah menikah ketika menghadapi permasalahan pelik. Masalah yang dirasa membuat mereka berada di ambang perceraian.Â
Dalam budaya kita ada begitu banyak pasutri yang memilih untuk menekan permasalahan mereka, mencoba menyelesaikannya sendiri, terakumulasi, menumpuk, menimbun, bejibun, saling mencoba mengerti namun dengan cara menekan emosi masing-masing, hffth... akhirnya, jenk jenk jenk... Meledaak!!
Ini jamak terjadi, baik bagi mereka yang tinggal di pondok mertua indah atau mereka yang sudah menpunyai rumah tinggal sendiri.
Tidak salah apabila salah satu pasangan kemudian mencoba mencari pemecahan masalah dari support system di sekitar mereka. Tetapi, perlu juga mempertimbangkan apakah support system tersebut benar-benar mengetahui kebutuhan pasangan atau hanya mengetahui permasalahan dari satu pihak saja.