Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Ada Cinta Sejati di Dunia Ini, Betul?

6 Januari 2021   21:04 Diperbarui: 6 Januari 2021   21:14 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wew....Saya juga mau yang seperti itu, Sobs, ehehe...

Segala konsep tersebut membentuk dalil bahwa cinta sejati adalah cinta yang selalu indah. Tapi apakah ini yang kita temukan dalam kisah panjang bahtera cinta Ayah Tjipta dan Bunda Lina?

Semua Kompasianer juga tahu, kisah yang disuguhkan dalam setiap artikel inspiratif beliau berdua ini jauh dari kata mulus. Mungkin kalau saya boleh bilang, kisah beliau berdua ini justru lebih banyak berjumpa kerikil tajam dan batu besar. 

Hanya saja, tangan perkasa Ayah Tjipta selalu cukup kuat untuk menjadi pegangan bagi Bunda Lina yang teguh menopang kekuatan Ayahanda.

Kabut mungkin menutupi langkah mereka berdua menuju puncak gunung. Batu-batu besar menghalangi perjalanan Ayah dan Bunda meniti jembatan sempit nan licin penuh perkara. 

Namun, cinta sehat Ayah Tjipta dan Bunda Lina memberikan arti terdalam, di balik makan satu piring buat berdua; sepotong tart gabus buat putra tercinta; menjadi driver dan menjual pernak-pernik karya dari tangan penuh kasih; tetap menolong meski tahu kerap tertipu, bahkan masuk bui karena pengkhianatan rekan; hingga setiap doa yang terpanjat bagi kita rekan Kompasianer yang mungkin hanya bersua via dunia maya ....

Jatuh cinta mungkin bukan kata yang tepat saat beliau berdua bersepakat menyulam asa. Mungkin lebih tepat bagi beliau berdua adalah BANGUN CINTA. 

Oh, Ayahanda, Bunda, 56 tahun bersama bukanlah hal yang mudah. Ananda pernah berjumpa dengan badai kecil yang mengguncang ranjang pernikahan Ananda. Goncangan itu terlampau kecil bila dibandingkan dengan  badai yang berulang kali menghempas kuat selama 56 tahun Ayah dan Bunda bersama.

Ayah Tjipta dan Bunda Lina memang bukan Rama dan Shinta. Bukan. Tapi, beliau berdua memiliki cinta yang sehat, saling membangun, saling mendukung. Bukan saling menuntut kebahagiaan dari pasangan, namun saling melepaskan kebahagiaan. 

Cinta sehat lebih realistis dari pada cinta sejati. Lebih sederhana, namun lebih memberi makna. Ayah Tjipta dan Bunda Lina telah membuktikannya.

For my beloved Ayah Tjipta and Bunda Lina, thank you for your loving kindness,
for every magic words you let us learn,
you're nothing but such two wisdom angles God has sent to this world.
I pray, God's gentle and unfailing love may always surroud you in every step you make.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun