Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Ada Cinta Sejati di Dunia Ini, Betul?

6 Januari 2021   21:04 Diperbarui: 6 Januari 2021   21:14 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ingin segera berkomentar, yha? Tenang, Sobs...judul artikel ini bukan clikbait. Itu beneran. Maaf saya mengatakan ini, bahwa saya lebih percaya cinta sehat dari pada cinta sejati di dunia nan fana. 

Bagaimana bila saya katakan cinta Ayah Tjipta dan Bunda Lina (saya lebih suka memanggil beliau begitu) bukanlah cinta sejati. Pastilah pernyataan tersebut bakal menuai banyak kritik dari para pembaca yang sangat bijaksana.

Tapi, tunggu dulu. Saya memang ingin membuat pernyataan tersebut. Karena sebenarnya, cinta sejati telah diragukan keberadaannya di antara kita.

Banyak perselingkuhan, pengkhianatan terhadap pasangan, jamaknya tindak kekerasan dalam lingkup publik maupun privat, bagaimana dengan fakta-fakta tersebut?

Lhoh, tapi kaaaann....cdksufh@#$63;:-*(!!;!!

Sobat, seringkali otak kita tertipu oleh istilah ini. Romantika lawas yang entah mengapa terasa begitu melekat hingga kini. Mari sejenak mengurai istilah cinta sejati.

Mohon maafkan saya, dalam pemahaman saya selama ini, cinta sejati adalah cinta yang indah. Cinta yang dijalani dua insan yang pada awalnya belum mengenal satu dengan yang lain. Cinta sejati adalah cinta sempurna. Tanpa cacat. Cinta yang penuh. Indah, mulus, bahagia (sering identik dengan rasa senang, gembira) senantiasa. 

Pasangan yang membahagiakan kita, juga kondisi dan situasi lingkungan yang memberikan kenyamanan.

Cinta sejati bak kisah kasih Sang Puteri dengan Pangeran berkuda putih memenuhi imajinasi semenjak kita belajar tentang idealisme cinta. Seakan wujud cinta harus seperti itu. 

Imajinasi tersebut membentuk sebuah konsep bahwa cinta antara dua anak manusia selalu memenuhi syarat seperti di dalam kisah antara Sang Putri dan Pangeran. Kisah cinta yang selalu dipenuhi hal-hal indah. 

Segala sesuatunya serba menyenangkan.  Serba nyaman dan aman. Jalan cerita yang mulus, happily ever after...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun