Coba kita cermati jokes berikut ini...
"Pak Pendeta, apakah kalau kita bernapas di dekat jenazah itu dianggap sombong?"Â
"Apakah seseorang yang buta warna bisa melihat api neraka?"
Sebagian dari kita mungkin akan menganggap itu bukan hal yang lucu. Malahan menyinggung perasaan. Namun, ada sebagian dari kita langsung tertawa mendengarnya. Iyha atau iyha? Is it dark joke? Ya, mungkin.
Beberapa ahli psikologi menganggap bahwa sensitifitas humor yang berbeda bagi setiap orang disebabkan oleh dua hal.Â
Diantaranya, faktor emosional seseorang. Pada saat seseorang baru sedih tidak akan sama ketika merespon sebuah humor dibandingkan dengan seseorang yang dalam kondisi senang, atau sedang tidak terjadi apa pun.
Waktu dan peristiwa yang dialami oleh setiap individu berbeda. Inilah yang membedakan respon seseorang terhadap sebuah humor.
Next, faktor pengalaman masa lalu. Saya mencoba mengulik theconversation.com tentang hal ini. Para psikolog menganggap bahwa respon positif seseorang terhadap humor berkaitan dengan pengalaman positif masa lalu orang tersebut.Â
Sebaliknya bila seseorang memiliki respon negatif terhadap sebuah humor, mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki masa lalu yang negatif terhadap respon humor pada sebuah hiburan.
Hhfffth sa gitu yha? Try take a look at this...