Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menggali Bahagia dari Bilik Pengampunan "The Least of These"

24 Desember 2020   10:43 Diperbarui: 24 Desember 2020   10:53 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via my.upfaithandfamily.com


Mengagumkan!! Begitulah kesan saya menengok kolom film di kantung kategori film Khey.

Well, at least saya mendapat banyak rekomendasi film untuk menemani Natal saya di rumah. Paling tidak bukan hanya Home Alone yang akan tersaji sebagai menu hiburan saya. Terima kasih, teman-teman, tengkyu, Khey...

Film bernuansa Natal selalu menyuguhkan tema kasih yang selalu melekat sebagai pemaknaan dari kelahiran Yesus Kristus. Why kasih? Karena umat Kristiani percaya bahwa Allah itu kasih.

Ada begitu banyak genre film bertebaran di dunia digital yang dapat dengan mudah kita akses. Seperti film pendek Natalan. Jangankan pada momen Natal, film yang berkisah tentang seorang Mien Brodjo yang berperan sebagai ibu dengan segala keserhanaannya ini  selalu memikat hati saya. Senantiasa. Banyak filosofi hidup yang terkandung dalam film pendek dengan setting kehidupan masyarakat Yogyakarta.

Film Natal jamak tersaji dalam genre drama maupun drama komedi. Tak kalah bersaing, film animasi pun bertebaran bagai bintang di langit cerah, siap untuk dinikmati.

Namun, bagi Sobat Bijak yang menyukai film Natal bergenre misteri atau mungkin juga horor, sila kunjungi film Black Christmas (2019), atau bila berani, kepoin juga A Christmas Horor Story (2015). Buat saya, dua film tersebut cukup menarik siiih.

Mmm, oh yha, bagi Sobat Bijak yang menyukai film-film drama religius, sila pantengin The Fire Proof, ditanggung uwuw deh. Film tersebut berkisah mengenai ketulusan seorang pria yang bekerja sebagai pemadam kebakaran, berupaya untuk mempertahankan pernikahannya. 

Khusus untuk Fire Proof, saya sangat mengandrungi soundtrack filmnya "While I'm Waiting" by John Waller. Lirik lagu tersebut bukan hanya bermakna sebagai perjuangan tokoh utama menunggu kembalinya sang istri, namun lagu ini bagi saya pribadi menggambarkan hubungan cinta kasih antara manusia dengan Allah Sang Pencipta.

Selain Fire Proof, bila boleh saya rekomendasikan film religius lainnya, seperti War Room (2015), The Encounter (yang menginspirasi salah satu cerpen saya di Khey), dan I'm Gabriel.

Wew....gimana? Adakah satu dari deretan film rekomendasi tersebut pernah Sobat Bijak tonton? 

Bila Sobat Bijak cermati, di antara deretan film rekomendasi yang bersinar di langit sinema kita kebanyakan berbau ala negri barat. Sebenarnya ada beberapa film garapan sineas negri pertiwi yang sempat melintas di kepala saya. Namun, sepertinya ide-ide sineas kreatif kita masih harus dijembatani pula diasah, agar mampu bersaing dengan film internasional.

Okay, selanjutnya, saya akan sedikit saja memberikan satu review film Natal yang kemarin saya temukan dalam rak digital saya.

Akhirnya The Least of These: A Christmas Story. Meski dalam balutan drama, namun film ini banyak mengisahkan tentang realita perjuangan seorang single mother, Rose, yang mencoba bertahan hidup bersama putri kecil, so adoreable, Katie. 

Film ini mengusung konsep yang hampir mirip dengan Pursuit of Happyness yang dibintangi si itam manis Will Smith. Bagaimana perjuangan single parent from zero to hero.

Kecerdasan hati seorang anak kecil sepolos Katie membalut kisah hidup Rose menjadi sempurna. Di bawah himpitan kebutuhan untuk bertahan hidup, Rose, seorang pelukis muda harus mengubur mimpi terdalamnya.

Kisah cinta lembut antara ibu dan anak memenuhi hampir di setiap scene film. Romantisme harapan terus menghiasi film yang berdurasi 1 jam 40 menit.

Berjumpa dengan Charlie dan Nancy (bukan Mr. dan Mrs. Claus) menghidupkan kembali mimpi Katie untuk menghadirkan ajaibnya St. Nicholas dalam imaji kecilnya.

Rose, pelukis berbakat yang secara emosional memutuskan menjadi orang biasa, menutup rapat talenta serapat ia memperkenalkan makna "pengampunan" sejati pada Katie.

Pengampunanlah yang sebenarnya membebaskan kita dari penjara dendam serta amarah pada luka masa lalu kita. 

Kesederhanaan pola pikir Katie membawa kesadaran saya pada cinta sejati, yang tidak pernah menuntut orang lain untuk membahagiakan kita. Bahwa kita sendirilah yang seharusnya bertanggung jawab pada rasa bahagia kita.

Seringkali kita melabeli orang lain dengan pemikiran kita sendiri bahwa seseorang harus berubah sesuai dengan versi kita, ingin kita, mau kita. Tanpa kita sadari, bahwa Tuhan menciptakan setiap manusia unik adanya. Bahkan, sidik jari kita tidak ada yang sama. 

Hanya saja empati dalam diri kita harus selalu diasah. Proses inilah yang kadang menyusahkan kita. Sedangkan manusia cenderung menghindar dari kesulitan bin ketidaknyamanan dalam sebuah proses berelasi.

Kita cenderung memilih berpikir praktis sebagai opsi terbaik karena hemat energi. Kebiasaan inilah yang mendorong manusia untuk membuat kesimpulan "memaksa" orang lain menjadi seperti mau kita. 

Kepercayaan Katie pada Rose begitu tinggi. Sehingga ia tahu betul bahwa sang ibu mencintainya secara utuh. Bukan hanya sisi kelebihan Katie, namun siapa Katie seutuhnya. 

Saya teringat pada seseorang yang menyewa ruang hati saya. Bersamanya saya belajar menerima aeng, keunikan dalam diri kami masing-masing. Hingga pada satu titik saya berkata padanya, "you are what you are".

Bahwa kita tidak dapat merubah pribadi seseorang menjadi orang lain sesuai imaji kita,. Entah itu anak kita, maupun pasangan kita, partner kerja kita, siapa pun orang di sekeliling kita. No. We can't do that, Sobs. Bahkan psikolog maupun psikiater tidak akan mencoba merubah seseorang. Cinta menghadirkan kebahagiaan dengan caranya sendiri. 

Bila seseorang berubah, itu pasti dari diri mereka sendiri setelah melalui proses hidup mereka masing-masing. 

So, mengapa harus berjerih lelah mengubah orang lain. Alih-alih bahagia, tanpa sadar, kita berpeluang melukai orang yang sebenarnya ingin kita sayangi. Apakah saya lebay? 

Happy holidays, selamat berlibur, selamat berbagi kasih dengan sesama.

Selamat Natal bagi seluruh Sobat Kompasiana Bijak yang merayakannya dari Sabang hingga Merauke, bahkan yang di manca negara, salam damai Kristus beserta kita semua.

  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." ( Yohanes 3:16 )

Ps. Untuk kau yang di sana, berjarak dulu yha. Harap senang, karena jarak tidak akan memutuskan kasih, ia hanya seuntai cara unik Tuhan memintal kasihNya bagi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun