Namun, cita-cita Kartinilah yang terus mengilhami gerakan perempuan untuk konsisten memperjuangkan kesetaraan hak demi terciptanya emansipasi wanita.Â
Pendidikan, kesehatan, perlindungan untuk terap berkarya sebagai wujud nyata dari pendefinisian wanita seutuhnya tanpa mengenal batas usia.
Di balik suksesi Kongres Perempuan Indonesia, para aktivis perempuan masih harus menyingsingkan legan baju, mengencangkan tali kasut untuk terus melangkah berjuang bagi legalitas hukum sebagai perisai yuridis perempuan Indonesia.
Masih maraknya kasus kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan masih saja menjadi isu utama perjuangan perempuan di seluruh dunia.
#silentshoes beberapa waktu yang lalu sempat menjadi tagar pendeteksi bahwa perjuangan kaum perempuan untuk mendapatkan haknya di hadapan hukum belumlah usai.Â
Jadi entah kata Ibu dalam Hari Ibu dimaknai apa. Yang jelas, pergeseran makna ini telah hadir pada era orba plus bumbu propaganda kapitalis yang menambah gurihnya Hari Ibu hanya ditujukan bagi wanita yang melahirkan seseorang dan wanita yang sudah bersuami.Â
Bagaimana dengan kita hari ini? Apa pun interpretasi kita atas Hari Ibu ini, semoga paradigma kita akan mendatangkan perspektif positif bagi kaum perempuan Indonesia.
Selamat Hari Perempuan Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H