Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Melihat Sisi Menguntungkan di Balik "Puber Kedua: Midlife Crisis"

20 Desember 2020   19:19 Diperbarui: 20 Desember 2020   21:33 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi puber kedua (Sumber: www.pixabay.com)

Fase kedua, melakukan hal-hal yang di luar kebiasaan. 

Bersama beberapa teman melayani sebagai konselor rohani, saya sempat menjumpai beberapa kasus tentang midlife crisis. 

Mungkin sebuah kebetulan, dari beberapa kasus yang saya jumpai kebanyakan individu yang mengalami krisis ini adalah pria (meskipun ada beberapa wanita juga mengalaminya) mapan secara materi. 

Mereka umumnya mempunyai pekerjaan tetap yang cukup layak, punya rumah tinggal, keluarga yang terlihat harmonis, juga relasi dan komunitas yang hangat. 

Kebosanan membuat gaya hidup seseorang menjadi berubah. Meskipun mereka mencoba melakukan segala sesuatunya dengan sempurna, namun tetap saja rasa jenuh tetap menghinggapi.

Inilah yang seringkali memantik individu menjadi stres, lantas melakukan hal-hal yang di luar kebiasaannya terdahulu. Pergi ke pesta-pesta, merokok yang berlebihan, nafsu makan mulai berkurang atau mungkin malah bertambah. 

Selain rasa bosan, faktor biologis seperti penurunan fungsional tubuh menyebabkan seseorang menjadi takut, gentar menghadapi perubahan tersebut. Sehingga, individu mulai timbul keinginan untuk memulai lagi hal-hal yang dahulu pada masa muda pernah ia lakukan. 

Yang paling banyak dialami oleh mereka di usia madya ini adalah kesadaran akan penurunan fungsional organ seks pada wanita maupun pria, yang kemudian mendorong individu mencari pengalaman atau tantangan baru untuk mengalami kembali sensasi masa lalunya. Seperti, mencoba mencari sesuatu yang baru dengan menjalin hubungan bersama individu baru.

Bukankah stigma inilah yang menjadi "hantu", menakuti kaum muda untuk melewati usia madya? Well, Sobs, sekali lagi, midlife crisis bukanlah fenomena wajib yang harus kita jalani. Beberapa orang mengalaminya, tapi banyak juga yang menyikapi masa madya ini dengan biasa saja. 

Bahkan, ada pandangan yang saat ini malah berkembang, bahwa midlife crisis merupakan era evaluasi diri sebagai pijakan untuk memaksimalkan hidup yang lebih produktif, Sobs. So, take it easy...jalani saja prosesnya.

Fase ketiga, acceptance, penerimaan. Selain ketidakstabilan emosi, aspek lain dalam perubahannya secara psikologis, bagi mereka di usia paruh baya atau madya mempunyai kemampuan kognitif yang tinggi, sesuai dengan pengalaman, wawasan maupun pengetahuan individu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun