Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Martin Luther: Adakah Reformasi Gereja Kedua?

3 November 2020   02:21 Diperbarui: 3 November 2020   13:55 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokoh Reformis Gereja Martin Luther | via Pixabay

Hmmm, sesudah saya tulis artikel tentang Halloween dari sudut pandang kaum pagan, hari ini saya pun tak ingin meninggalkan issue lain yang pula terjadi di balik tanggal 31 Oktober yang lalu.

Euforia Halloween yang terjadi di berbagai belahan dunia seakan menutup sebuah momentum penting yang tidak kalah tenarnya. Mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa, pada tanggal tersebut beberapa orang pemrakarsa perubahan sistem atas kebenaran, memakukan dalil-dalil imannya sebagai sebuah aksi protes pada aturan dari sebuah sistem religi yang lazim diakui publik kala itu.

Ya, mereka adalah tokoh Reformis Gereja.

***

"Selamat Hari Reformasi Gereja" tetiba ucapan ini muncul di balik notifikasi chat WhatsApp saya, dari seorang teman yang melayani Tuhan di Sentani, Papua.

Semula kami terlibat dalam percakapan receh menyoal kabar dan kondisi kami. Namun obrolan singkat kami akhirnya bermuara pada kata "Reformasi Gereja" kekinian.

Reformasi gereja yang dilakukan oleh Martin Luther membawa perubahan baru; sebuah kegerakan gerejawi dengan ditempelkannya 95 tesisnya pada pintu gerbang gereja istana di Wittenberg.

Lima sola yang terhidang sebagai sebuah manifestasi dari keprihatinan atas kemerosotan moral dan doktrinal pada agen di abad 16-17 merupakan pemegang otoritas atas sistem kemasyarakatan yang bersandar pada tuntunan religi.

Reformasi Gereja yang digawangi oleh Martin Luther, Ulrich Swingli, dan John Calvin membawa pembaharuan pemahaman yang dinilai oleh para Protestan sebagai sebuah pelemahan keyakinan kasih Allah kepada manusia.

Keadilan Allah bukan hanya atas ketegasanNya pada penghukuman atas dosa dan pelanggaran manusia. Bahwa semua manusia berdosa adalah sebuah kenyataan yang ada pada individu.

Roma 3:23 (TB)  Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.

Lima sola tersebut, diantaranya :

1. Sola Gratia, merujuk kepada grace alone, bahwa manusia yang berdosa ini mendapatkan karunia Allah yang sempurna. Keadilan Allah bukan hanya tegas pada keberdosaan manusia. Namun lebih dari itu, keadilan Allah ada pada kasihNya yang tidak pernah menyerah kepada manusia.

Roma 3:24-25 (TB)  dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.

Pendapat ini sepertinya bertentangan dengan asumsi yang menyatakan bahwa pembenaran dari dosa manusia bukan hanya melalui karunia saja, melainkan melalui perbuatan-perbuatan moral yang dibenarkan.

2. Sola Fide, atau faith alone. Bahwa setiap orang yang berbuat dosa telah kehilangan kemuliaan Allah, dibenarkan pula oleh kasih Allah. Nampaknya pemahaman ini bersambung dengan firman Tuhan yang ditulis oleh Paulus, sang rasul apostolik kepada jemaat di Efesus.

Efesus 2:8-9 (TB)  Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

3. Sola Scriptura, atau scripture alone. Scripture yang dimaksud di sini adalah Alkitab, yang pada saat itu diselidiki begitu dalam, hingga disulih dari bahasa asli Yunani Koinonia ke dalam bahasa Jerman oleh Martin Luther. 

Hingga ia menemukan satu titik temu, bahwa keyakinan akan kebenaran firman Allah adalah cara untuk menuju pada pengenalan kepada Kristus dan karya penebusannya bagi umat manusia. 

Lebih lanjut Luther menyatakan bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber pengetahuan untuk mendapatkan kebenaran sejati mengenai kasih Allah. Keadilannya bagi umat manusia.

4. Solus Christus, juga disebut sebagai Christ alone. Melalui pernyataan ini, para Reformis dengan tegas mendeklarasikan bahwa Kristus saja satu-satunya yang mati sebagai korban penebusan bagi orang percaya, maka hanya Kristus sajalah yang berhak untuk menjadi pembela kita di hadapan Allah. 

5. Soli Deo Gloria, atau glory to God alone. Bahwa segala pujian, kemuliaan, dan hormat hanyalah bagi Tuhan. Tidak ada pribadi lain yang layak untuk menerima segala ucap pujian syukur dan kemuliaan selain Allah saja.

Simbol SDG yang selalu ditulis oleh komposer musik klasik Johann Sebastian Bach ini mengisyaratkan bagi kita untuk selalu menjauhkan diri dari kesombongan dan keangkuhan kita atas semua capaian dalam hidup kita.

***

Persoalan di abad 16-17 telah diurai dengan timbulnya pemahaman terhadap pembenaran iman.

Pelarangan umat untuk memahami ataupun untuk menafsirkan Alkitab pada tahun 1517 kini bukan lagi menjadi halangan bagi jemaat biasa untuk mempunyai pengetahuan secara logos dari Alkitab. 

Keadaan manusia yang berdosa, menyebabkan manusia berada pada ketidakbenaran. Namun, karena kasih Allah sajalah manusia mendapat pembenaran oleh karya penebusan Kristus. Kasih yang tidak pernah berhenti, kasih yang tidak pernah menyerah. Karena Allah adalah kasih. 

Sebuah paradoks? Ya. Martin Luther berbicara mengenai simul iustus et peccator, manusia tidak dapat menjadi benar, namun sekaligus menjadi benar. 

Menyadari diri sebagai manusia yang berdosa, seseorang dengan imannya, sola fide, telah dibenarkan oleh kasih karunia Allah, sola gratia. Kasih karunia yang adalah keadilan Allah melalui penebusan oleh Kristus, solus Christus.

Bagi Luther, kitab suci adalah bagian penting bila individu ingin mengetahui kebenaran-kebenaran mengenai keselamatan manusia, sola scriptura. 

Penafsiran secara sederhana dapat dilakukan pada saat perenungan pribadi. Saat teduh dan perenungan pribadi adalah momen penting saat Roh Kudus mengajarkan kita secara pribadi untuk mengenal Allah dan menggali kebenaranNya melalui kitab suci. 

Dengan pengetahuan yang didapat sesuai dengan tingkat pemahaman kita masing-masing, maka tugas kita untuk melakukan Reformasi Gereja yang ke dua pun diharapkan nyata.

Seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia, imago dei, secitra dengan Allah. Melalui pengenalan Kristus yang benar, diharapkan umat pun mampu melakukan Amanat Agung Allah dan semakin hari dimampukan menjadi serupa dengan Kristus.

Soli Deo Gloria

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun