Simbol SDG yang selalu ditulis oleh komposer musik klasik Johann Sebastian Bach ini mengisyaratkan bagi kita untuk selalu menjauhkan diri dari kesombongan dan keangkuhan kita atas semua capaian dalam hidup kita.
***
Persoalan di abad 16-17 telah diurai dengan timbulnya pemahaman terhadap pembenaran iman.
Pelarangan umat untuk memahami ataupun untuk menafsirkan Alkitab pada tahun 1517 kini bukan lagi menjadi halangan bagi jemaat biasa untuk mempunyai pengetahuan secara logos dari Alkitab.Â
Keadaan manusia yang berdosa, menyebabkan manusia berada pada ketidakbenaran. Namun, karena kasih Allah sajalah manusia mendapat pembenaran oleh karya penebusan Kristus. Kasih yang tidak pernah berhenti, kasih yang tidak pernah menyerah. Karena Allah adalah kasih.Â
Sebuah paradoks? Ya. Martin Luther berbicara mengenai simul iustus et peccator, manusia tidak dapat menjadi benar, namun sekaligus menjadi benar.Â
Menyadari diri sebagai manusia yang berdosa, seseorang dengan imannya, sola fide, telah dibenarkan oleh kasih karunia Allah, sola gratia. Kasih karunia yang adalah keadilan Allah melalui penebusan oleh Kristus, solus Christus.
Bagi Luther, kitab suci adalah bagian penting bila individu ingin mengetahui kebenaran-kebenaran mengenai keselamatan manusia, sola scriptura.Â
Penafsiran secara sederhana dapat dilakukan pada saat perenungan pribadi. Saat teduh dan perenungan pribadi adalah momen penting saat Roh Kudus mengajarkan kita secara pribadi untuk mengenal Allah dan menggali kebenaranNya melalui kitab suci.Â
Dengan pengetahuan yang didapat sesuai dengan tingkat pemahaman kita masing-masing, maka tugas kita untuk melakukan Reformasi Gereja yang ke dua pun diharapkan nyata.
Seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia, imago dei, secitra dengan Allah. Melalui pengenalan Kristus yang benar, diharapkan umat pun mampu melakukan Amanat Agung Allah dan semakin hari dimampukan menjadi serupa dengan Kristus.