Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Lurik Itu Batik? Lirik Lurik dalam Larik

2 Oktober 2020   22:26 Diperbarui: 21 April 2022   22:37 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perajin kain tenun lurik di Desa Banguncipto ini selalu banjir pesanan, apalagi sejak kebijakan wajib mengenakan pakaian tradisional sekali dalam 35 hari, tepatnya jatuh di hari Kamis Pahing.(KOMPAS.com/ Dani J)

Stigma tersebut tidak sepenuhnya benar. Lurik menemukan tempatnya sebagai ageman di kalangan para bangsawan Kraton, melalui corak dan motif dalam berbagai padanan warna.

Berbicara mengenai motif, terdapat begitu banyak motif lurik. Konon motif-motif ini digunakan dalam proses ritual masyarakat Solo dan Yogyakarta, karena masing-masing motif mempunyai falsafah tersendiri. Masing-masing upacara ritual, menggunakan lurik dalam ragam motif yang berbeda. Akan tetapi, secara garis besar, lurik dapat dibagi menjadi 3 corak dasar.

Pertama, Corak Lanjuran. Corak ini membujur searah benang lungsi, sepanjang kain lurik

Motif bribil termasuk dalam corak lanjuran, diciptakan pada masa Paku Buwono VI di Kraton Surakarta | dok. Djoemeno, 2000
Motif bribil termasuk dalam corak lanjuran, diciptakan pada masa Paku Buwono VI di Kraton Surakarta | dok. Djoemeno, 2000
Kedua, Corak Pakan Malang. Corak ini melintang searah benang pakan malang, melebar sesuai lebar kain lurik. Biasanya sepanjang 150 cm.
Motif Tumenggungan, biasanya dipakai oleh para abdi dalem Kraton dengan gelar Tumenggung | dok. Djoemeno,2000
Motif Tumenggungan, biasanya dipakai oleh para abdi dalem Kraton dengan gelar Tumenggung | dok. Djoemeno,2000
Ketiga, Corak Cacahan. Corak ini merupakan gabungan melintang dan membujur, membentuk persegi atau kotak-kotak kecil.
Lurik dengan motif yuyu sekandang termasuk dalam corak cacahan | dok. Djoemeno, 2000
Lurik dengan motif yuyu sekandang termasuk dalam corak cacahan | dok. Djoemeno, 2000

Lurik dalam Perkembangannya
Di daerah Jogja, Solo, dan sekitarnya, lurik kini mengalami perkembangan yang begitu pesat. 

Kain lurik di mata masyarakat Joga dan Solo menjelma dalam berbagai fungsi berdasarkan ukuran. Secara lazim, ada beberapa tipe ukuran kain lurik yang banyak digunakan dalam keseharian.

Pada era terdahulu, kain lurik hanya berfungsi sebagai ageman. Dari beberapa sumber, dikatakan bahwa ada beberapa  kegunaan kain lurik, diantaranya :

Kain lurik wiyar (lebar), biasanya dipakai sebagai jarit, kain panjang berukuran 1 meter x 2,5 meter; bakal klambi, sebagai surjan dan sruwal, semacam celana prajurit Keraton Jogja.

Ada pula kain lurik ciut (kecil), biasanya digunakan sebagai stagen, yaitu pelengkap saat mengenakan kain panjang (jarit); sebagai kemben atau pun sebagai selendang gendhong dengan ukuran 0,5 meter x 2 meter.

Lurik, dalam berbagai motif dan perpaduan warna kini telah dipergunakan sebagai bahan dasar pembuatan produk mode seperti tas, dompet, sepatu, maupun perlekapan fesyen lain.

Beragam kreasi aksesoris berbahan dasar kain lurik | via okezone.com
Beragam kreasi aksesoris berbahan dasar kain lurik | via okezone.com
Lurik terus bergerak dinamis; terus berevolusi seiring dengan bergeraknya budaya masyarakat. Kebutuhan fesyen kekinian menuntut para pelaku tenun lurik untuk terus kreatif agar dapat bersaing dengan munculnya aneka jenis kain di pasar modern. 

Kreativitas kaum muda memproduksi berbagai produk fesyen dengan bahan dasar lurik, memperkaya khazanah mode nusantara. Ini merupakan refleksi bagi perkembangan budaya adiluhung yang telah diwariskan kepada generasi penerus kita.

Sumber: Djoemena, Nian S. Lurik: Garis-garis Bertuah: The Magic Stripes. Jakarta: Djambatan, 2000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun