Dipengaruhi oleh keyakinan masyarakat berlatar belakang Hindu, lurik mulai tumbuh dan mengakar sebagai pemenuh kebutuhan religi masyarakat. Inilah yang menyebabkan lurik bukan hanya mengusung sifat profan, namun lurik pun bersifat magis.Â
Sifat magis lurik tersirat jelas dalam pemaknaan tiap lini pada masing-masing corak dan motif. Dikatakan magis, karena corak patron pada lurik menurut penuturan para ahli budaya merupakan hasil karya empu yang penuh estetika dan kreasi guna memenuhi kebutuhan religi masyarakat pada masa itu.
Selain mempunyai sifat profan, bagi masyarakat Jawa, penggunaan kain lurik bukan hanya sebagai menutup kebutuhan primer sandang keseharian masyarakat, lurik pun hadir secara simbolik dalam pelbagai seremonial sakral budaya masyarakat.Â
Sebagai contoh, motif nyampingan, kembenan, liwatan biasanya dalam kultur Jawa, khususnya di daerah Jogja dan Solo, digunakan sebagai pelengkap dalam upacara mitoni, semacam syukuran dan doa bagi janin bayi yang menginjak usia 7 bulan dalam kandungan.
Lain halnya dengan motif pletek jarak yang dipilih oleh para bangsawan, dipercaya dapat menambah kewibawaan bagi pemakainya.
Satu hal yang membuat saya semakin jatuh cinta pada kain lurik ini adalah filosofi dari tiap larik garis sederhananya. Saya belajar, bahwa dalam kesederhanaan motif lurik terkandung filosofi yang sangat dalam.
Efek visual lurik dalam patron garis melintang, membujur maupun campuran, bukan hanya berfungsi sebagai pemenuh aspek estetika saja. Lurik dalam kemolekannya yang sederhana memukau saya di setiap seratnya yang lentur namun kuat.Â
Meskipun tekstur kain lurik tergantung pada jenis bahan baku, pintalan, maupun alat tenun, tekstur kain lurik pada awalnya terasa kasar, namun lama-kelamaan akan terasa halus namun serat kain hasil tenun tetap lentur dan kuat.Â
Teknik pembuatan tenun lurik diawali dengan menggunakan alat tenun tradisional, gedhog. Alat yang terbuat dari bambu ini kemudian bergeser, sejajar dengan semakin meningkatnya demand masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sandang. Alat tradisional gedhog, berganti dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Dan Alat Tenun Mesin (ATM).
Berbagai Ragam Corak dan Motif Lurik
Banyak anggapan bahwa kesederhanaan corak lurik disebabkan oleh asal muasal lurik yang lahir dari kalangan rakyat biasa, sedangkan batik lahir di era yang lebih muda, sehingga batik lebih banyak digunakan oleh para bangsawan. Riwayat inilah yang menempatkan batik pada value yang lebih tinggi dibandingkan dengan lurik.