Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Berikut Ini 3 Cara Merawat Inner Child agar Jiwa Kita Bertumbuh

30 September 2020   21:50 Diperbarui: 9 Oktober 2020   19:27 2808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: hasil ulah pribadi

Untuk kali ini, saya harus berterima kasih pada Ozy V. Alandika, kemaren sempat nebenk komen banyak, hampir satu artikel di laman beliau.....

Oz, tulisanmu soal luka batin itu cool, mamen...

Tulisan Ozy tersebut mengantarkan saya pada ingatan tentang satu sisi dalam diri kita yang sering kita lupakan. Satu bagian dalam jiwa kita yang sudah seharusnya kita rawat dan jaga.

Satu bagian, yang jauh dalam diri kita, bertumbuh seiring dengan pertumbuhan fisik kita. Biasa kita sebut dengan "inner child".

Menarik untuk saya ingat kembali, sesaat setelah latihan meditasi saya usai. Semua berawal dari gangguan tiroid yang saya sandang. 

Swing mood seringkali datang sewaktu-waktu. Sungguh menyiksa saya. Sewaktu-waktu marah, seketika reda. Kemudian berubah menjadi sedih yang teramat sangat. Kadang lebih aneh. Setelah tertawa bercanda dengan teman, bisa jadi saya marah, hanya karena terpicu oleh satu hal yang sebenarnya sepele.

Hmmmh, sangat tidak nyaman. Terlebih, saya pernah kehilangan satu relasi yang dengan susah payah saya bangun bersama seorang teman, gegara mood swing ini (andai saja ia membaca tulisan ini, I'm really sorry...).

So,....selain melalui terapi dokter, saya pun melatih diri untuk disiplin melakukan meditasi. Mulai belajar mindfulness, yang kala itu saya pelajari pertama kali bersama mas Adjie Santosoputro, praktisi mindfulness and emotional healing. Itu...yang diajakin mas Kunto Adjie bikin video klip lagu keramatnya, "Pilu Membiru".

Mindfulness membantu mengelola seluruh emosi dalam diri saya. Sadar nafas, belajar siklus nafas, dan belajar untuk menyadari kekinian.

Sadari kekinian? Lalu apa hubungannya dengan inner child?

Kupas satu per satu, yes...

Apa sih inner child itu? Anak kecil dalam diri kita? Atau apa?

Inner child atau dalam psikologi modern disebut sebagai anak batin. Atau untuk lebih mudahnya, inner child adalah satu sisi yang ada di dalam diri kita, bertumbuh bersama dengan pertumbuhan fisik kita.Ia berasal dari masa lalu kita. Masa kanak-kanak kita. 

Seorang John Braddow, pengajar, motivator sekaligus penulis buku "Homecoming: Reclaiming and Championing Your Inner Child", menyatakan bahwa inner child merupakan pengalaman masa kecil yang tidak atau belum mendapatkan penyelesaian dengan baik.

Karena berada di alam bawah sadar, seringkali, pengalaman inilah yang terbawa di dalam kesadaran dan menjadi salah satu faktor pembentuk karakter individu pada usia dewasa.

Inner child mempunyai beragam sifat, antara lain, dependency, impulsivitas, kemandirian, bisa juga dalam bentuk perilaku yang termasuk dalam gangguan trauma.

Misal, seseorang yang takut menikah atau takut menjalin hubungan dengan romantis dengan orang lain, dimungkinkan pada masa kecil ia pernah melihat pertengkaran hebat atau tindakan kekerasan dalam keluarganya.

Luka batin? Jelas....

Apakah semua orang punya inner child, atau hanya beberapa orang saja?

Setiap orang mempunyai inner child dalam diri mereka. Masing-masing kita mempunyainya. Sepanjang seseorang pernah melewati masa kanak-kanak, sudah pasti kita mempunyai inner child.

Sebagai contoh, saya phobia terhadap segala aktivitas yang berkenaan dengan wahana air. Entah itu renang, diving, naik perahu, etc. Ini karena ada kejadian "menakutkan" bagi saya di masa dahulu.

Suatu ketika, salah seorang Kompasianer mengajak saya untuk rafting. Adrenalin saya mulai meninggi sesaat. Tapi, belum juga naik ke dalam boat, perut saya mual, kepala saya pening, dan begitulah...

Bagi yang merasa...andai saja kau membaca artikel ini, hihihi, am sorry, Kawan, may be in another time.

Balik lagi, yha gengz ...

So, apakah inner child yang bermasalah ini dapat kita atasi? Abseloutly...Yuks, kita simak, bagaimana memenuhi kebutuhan inner child kita.

Pertama, sadari keberadaan inner child dalam diri kita. Seiring dengan bertambahnya usia dan rutinitas keseharian menjadikan kita melupakan peristiwa yang membuat kita masa kecil tidak nyaman. Padahal, peristiwa tersebut masih ada dan tersimpan dalam alam bawah sadar kita.

Pengalaman tanpa sadar berpengaruh pada kebiasaan kita. Menyadari keberadaannya yang seharusnya mendapatkan perawatan, rasa sayang dan welas asih kita. Menghantarkan pada sapaan kita pada anak batin ini.

Kedua, mendengarkan dan mencoba berkomunikasi dengan inner child kita. Ini dapat kita lakukan dengan meditasi. Sadari alur nafas, inhale beri jeda, exhale. Tarik nafas, beri jeda, lalu hembuskan. 

Melatih diri untuk berjumpa dengan diri sendiri, bahkan inner child melalui meditasi akan memberikan sensasi relieve. 

Saat saya pertama belajar meditasi, dan bertemu dengan diri sendiri, ada satu saat ketika saya belajar untuk berwelas asih pula pada inner child saya.

Kadang saya berkata-kata seperti apa yang ada dalam mantranya mas Kuntz a.k.a Kunto Aji dalam lagunya "Rehat", hehehe.

"hai, aku menyayangimu,"

"tenang, aku ada di sini untukmu,"

"jangan merasa bersalah, semua bukan salahmu"

"aku menyayangimu"

Memberikan sensasi merasa dipahami pada inner child juga bisa kita lakukan dengan menulis. Nah,....untuk yang satu ini, mungkin sebagian dari manteman penulis pasti sangat menyukainya. Selain mudah, murah, menulis pun merupakan terapi jiwa. 

Kita dapat menuliskan bagaimana kita menyayangi inner child; meminta maaf atas luka yang pernah ada; memeluknya; menyayanginya; menerimanya dengan ikhlas ...

Seperti surat yang pernah saya tulis untuk diri ini...

Sumber: hasil ulah pribadi
Sumber: hasil ulah pribadi

Ketiga, bila perlu temui psikolog untuk membantu kita merawat luka pada inner child kita. Merawat inner child yang terluka membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Atau sekali langsung selesai. A...a...no...no. Segalanya membutuhkan proses, Kawan...

Bagaimana? Apakah ada diantara kita yang sering merasa kesepian, tetapi segera menjauh atau menolak mereka yang mendekati kita? Mungkin kita merasa lebih baik sendiri daripada suatu saat nanti kehilangan mereka? 

Atau kita seringkali susah untuk mempercayai orang lain? Kita selalu takut berbuat salah, sehingga selalu berusaha tampil menjadi yang terbaik sesuai keinginan orang lain?

Mari teman, mungkin ini waktunya bagi kita bertemu dan merawat inner child kita. Mari kita sapa inner child kita hari ini.

Dan, bila saja saat nanti kita bertemu dengan inner child kita yang terluka, apa yang akan kita katakan untuknya?

Selamat berproses...selamat berjumpa inner child kita...

Salam sehat jiwa,

Saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun