Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

3+ Hal Penting agar Sendiri Bukan Lagi Sendirian

13 Agustus 2020   19:19 Diperbarui: 14 Agustus 2020   21:56 1426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"I am alone, but I am not lonely"

Are you sure? Udah yakin kalau kita udah ga merasa kesepian?

Membaca novel lawas Ernest Hamingway, "The Old Man and the Sea", mengingatkan saya pada satu proses hidup yang telah ada sejak awal dunia tercipta. That is, "Kesendirian".

Pandemi Covid-19 ini sungguh memberikan pelajaran yang begitu berharga. Saat ini satu-satunya cara kita terhubung antara satu dengan yang lain adalah sebuah mesin yang bertema "digital".

Bagi kaum milenial, mungkin bukan hal yang sukar untuk beradaptasi dengan dunia maya. 

Namun demikian, jangan langsung mengidentifikasikan bahwa dengan memiliki aksesbilitas komunikasi jarak jauh lantas begitu saja memenuhi kebutuhan keterhubungan kita sebagai makhluk sosial.

Yuk, markicek..mari kita cek apakah kita adalah manusia yang tidak kesepian.

1. Relevansi antara higher user social media dengan kesepian

Dalam sebuah penelitian tentang relevansi higher user media sosial dengan lack of relationship ditemukan bahwa bagi para higher user medsos adalah mereka yang pada dasarnya mengalami kesepian.

Why?

Relasi semu di dunia maya inilah yang seringkali tidak disadari bahkan terlupakan oleh higher user medsos. Banyaknya followers dalam satu akun sosmed tidak secara otomatis memenuhi kebutuhan keterhubungan seseorang dengan lingkungannya secara riil.

Selama masa isolasi di kala pandemi, banyak orang yang mulai merasa "sendiri". Aktifitas yang hampir 80 persen diselenggarakan di rumah saja mengakibatkan adanya penumpukan emosi yang biasanya dimiliki pada saat beraktifitas secara kelompok. 

Maka apabila kebijakan Pemerintah untuk melonggarkan masa "di rumah ajha" sebaiknyalah kita gunakan sesuai protokol kesehatan yang telah ditentukan.

2. Kenali dulu tipe kesendirian

Dilansir dari Psychology Today, setidaknya ada 3 macam tipe kesendirian yang biasanya dijumpai pada diri seseorang, diantaranya:

Kesendirian emosional. Ada waktu ketika kita merasa being alone. Kondisi ini ditandai dengan tidak adanya atau berakhirnya ikatan emosional seseorang. Misalnya saat kita tiba-tiba saja diputusin pacar, atau baru saja bercerai, atau saat orang terdekat kita meninggal dunia. Ini normal, karena ini hanya berlangsung beberapa saat saja.

Setelah usai maka akan timbul kesadaran bahwa memang dalam hidup ini ada saat bertemu, ada saat berpisah. Semuanya hanyalah siklus.

Kesendirian Eksistensial,sebuah perasaan sendiri yang secara umum terjadi. Kita merasakan krisis eksistensi. Kita lahir sendiri, meninggal sendiri, merasa sendiri karena faktor disabilitas, merasa sendiri saat mulai bekerja di tempat kerja yang baru dengan rekan kerja yang baru, seperti itulah.

Perlu disadari bahwa dalam hidup ini ada satu momen di mana kita harus berjumpa dengan kesendirian. Kita membutuhkan bertemu dengan diri sendiri supaya kita mamapu mendengar dan menangkap setiap pesan yang dibawa oleh setiap emosi dalam diri kita.

Kesendirian sosial. Untuk jenis ini dialami oleh sebagian orang yang merasa kehilangan keterhubungan dengan lingkungan sekitarnya.

Sebagai makhluk sosial, kita seringkali dihinggapi rasa ingin berelasi dengan sesama. Bukan secara daring, tetapi dalam kondisi riil (tatap muka), dalam sebuah komunitas. Kesendirian ini datang meskipun didapati ada orang-orang terdekat dalam sebuah relasi. 

Sebagai contoh, saat kita merasa sendiri, meski sedang berada dalam aktivitas komunitas kita, atau mungkin saat kita merasa sendiri meski dalam keramaian pesta, bisa jadi juga saat kita merasa sendiri di antara rekan kerja di tempat kerja yang baru, dan masih banyak kasus lainnya.

3. Pahami bahwa cara mengatasi rasa kesendirian berbeda-beda

Bagi yang merasa dalam kesendirian sosial, apabila merasa tidak nyaman dalam komunitas yang sedang kita jalani, maka sebaiknya segera mencari komunitas lain yang sekiranya kita nyaman supaya kebutuhan kita untuk berelasi terpenuhi. Mungkin bisa bergabung dalam komunitas dengan mereka yang memiliki hobi yang sama.

Memilih komunitas adalah pijakan penting bagi kita untuk memulihkan rasa kesendirian tersebut.

Bilamana yang kita hadapi adalah kesendirian emosional, maka perlu diingat, pada saat kita sedang terluka akibat hilangnya sebuah relasi, seperti tiba-tiba diputus pacar pas sayang-sayangnya ( believe me it hurts) :v .... ya, sebaiknya kita mencari seseorang yang tidak sedang dirundung duka, atau paling tidak carilah seseorang yang telah melewati fase "kehilangan" itu.

Cobalah untuk selalu terhubung dengan orang-orang terdekat. Bangun kembali relasi yang mungkin pernah hilang, seperti saudara, orang tua, dan sahabat.

Kesendirian eksistensi harus kita hadapi. Saya mengerti ini tidak akan mudah. It's not gonna be that easy, bahkan kalau boleh dibilang, ini ga bakalan seru...

Tetapi, dengan cara inilah kita dapat memahami diri kita. Jadikan momen sendiri ini untuk bertemu dengan diri sendiri, mencoba untuk menangkap setiap pesan yang dibawa emosi, kemudian berusaha untuk memikirkan apa yang seharusnya kita lakukan.

Dengan demikian, kita dapat melatih resilien kita, sehingga tingkat kedewasaan kita akan semakin bertumbuh.

Milikilah growth mindset, yaitu pola pikir bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam diri kita adalah sebuah proses. Dengan mindset ini kita berlatih untuk membiarkan diri kita bertumbuh tanpa harus memberi label tertentu sebagai identitas kita sendiri.

4. Akibat dari kesendirian akut dan kronis

Kesendirian sosial yang kronis memicu timbulnya sikap individualistis. Kesendirian yang terjadi karena adanya kekosongan dan tidak terhubungnya seseorang dengan ruang sosial akan memperbesar kemungkinan seseorang "terbiasa" merasa sendiri, sehingga kehilangan rasa simpati bahkan empati pada orang lain atau lingkungan sekitarnya.

Pada kesendirian eksistensi yang akut, rasa percaya diri akan semakin berkurang. Merasa tidak diterima oleh orang lain dan lingkungan, sehingga membuat seseorang semakin lama semakin membenci dirinya sendiri.

Seringkali perasaan sendiri yang tidak di kelola dengan benar, atau mungkin diabaikan begitu saja, maka endapan emosi tersebut akan semakin terakumulasi, sehingga dapat mengakibatkan swing mood, susah tidur, anxiety, depresi, atau bahkan timbul keinginan untuk bunuh diri.

Bukan maksud saya menakuti, saya hanya ingin berbagi, betapa pentingnya untuk segera menyelesaikan kesendirian kita....[doesn't mean suruh cepet nikah yha... :) ]

Buat kalian semua, dari Solo saya ingin membuat satu note, "Keep in touch no matter how, tetaplah terhubung...."

Salam

Penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun