Saya yakin setiap kita punya cara masing-masing dalam hal mendidik dan memberi warna dalam tumbuh kembang anak-anak kita. Tidak ada standar baku yang terbaik untuk mendidik anak-anak.
"Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan" (Kahlil Gibran)
Apakah Anda berkeberatan apabila saya mengusulkan beberapa gagasan berkaitan dengan preventif terhadap tindak kekerasan pada anak-anak? Bila diizinkan, sila teruskan membaca.
1. Usahakan tetap "keep in touch" dengan anak-anak
Perasaan dikasihi bagi anak-anak adalah hal yang paling dirindukan. Jangankan anak-anak, kita sebagai orang dewasa pun bila dikasihi akan sangat senang, bukan?
Mengenalkan dan menumbuhkan sensasi dikasihi pada anak-anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yang paling penting adalah hadirnya kita dalam dunia mereka.Â
Komunikasi adalah alat utama. Biasakan semenjak kecil anak bebas berekspresi serta mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya dengan cara menulis, menggambar, dan bercerita.Â
Mungkin juga bila anak telah dirasa cukup dewasa untuk menyerap informasi, kita dapat berbagi pengalaman kekerasan seksual yang pernah kita jumpai.
Dan dengarkan. Jadikan saat-saat mendengarkan mereka adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi kita selaku orang dewasa.Â
Ajak anak untuk mampu membagi perasaan sekaligus segala hal yang mereka alami. Adakan dialog dua arah, sehingga timbul perasaan "dihargai" pada anak-anak. Dengan demikian, mereka tidak canggung untuk berbagi apa pun dalam diri mereka, sebab kita adalah "sahabat" mereka.Â
2. Mulai lakukan "sex education" semenjak dini
Anak-anak usia akil balik, antara 11-12 tahun adalah usia memasuki "real world". Banyak orangtua datang pada saya, kebanyakan dari mereka mengeluhkan sikap anaknya yang cenderung semakin bengal, ga mau nurut, pokoknya semau gue.Â
Para orangtua biasanya sudah mulai give up. Anak-anak di usia ini mulai mencari dan menjajal dunia kelompok mereka. Mencari teman yang bisa diajak bermutualan.Â