Di titik ini, permasalahan emosional seringkali menjadi hantu yang menakuti setiap individu lintas generasi, suku, ras, agama, maupun gender.
Siapa pun berpotensi mengalami penurunan ketahanan mental. Semua rentan terkena dampak dari pergeseran budaya, sebagai resiko bagi kita dalam proses adaptasi.
Penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa dari 130 negara yang menjadi responden di bulan Juni sampai dengan Agustus 2020, diantaranya ditemukan :
- lebih dari 60% negara di mana penduduknya mengalami gangguan mental di beberapa tingkatan usia dan kondisi individu, termasuk anak dan remaja, orang dewasa, serta wanita hamil dan menyusui.
- 67% dari responden mengalami hambatan untuk mendapatkan informasi mengenai konseling dan psikoterapi.
- 30% mengalami hambatan dalam mengakses obat-obatan yang digunakan untuk mental disorder, neurologik, dan gangguan penggunaan obat.
(*untuk info selengkapnya, sila lihat di www.who.intr)
Kesehatan mental merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan ketenangan batin, tentram, dan nyaman, sehingga memungkinkan individu mampu menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang-orang di sekitarnya.
Sekelumit Cerita Lama Tentang Hari Kesehatan Jiwa Sedunia
Keprihatinan negara-negara pada perkembangan kesehatan mental mulai nyata dengan ditetapkannya tanggal 10 Oktober sebagai peringatan Hari Kesehatan Mental di seluruh dunia. So, here we are...
Pada awal peringatan di tahun 1992, WHO tidak pernah menetapkan tema khusus. Nah, mulai tahun 1994-lah pertama kalinya peringatan Hari Kesehatan Mental mengusung tema khusus sebagai pesan kepedulian antar bangsa. Di tahun tersebut, terpilih tema "Improving the Quality of Mental Health Services throughout The World".Â
Untuk tahun ini, seiring dengan terus dikumandangkannya derap perjuangan menghadapi pandemi Covid-19, maka tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2020 mengambil tema "Mental Health for All: Greater Investment-Greater Access" atau "Kesehatan Jiwa untuk Semua, Investasi Lebih Besar- Akses Lebih Luas".
Tema tersebut ditujukan bukan hanya bagi para praktisi kesehatan mental, maupun para penyintas ganguan kesehatan mental saja. Akan tetapi bagi kita yang mungkin berada di antara mereka yang membutuhkan uluran tangan untuk keluar dari ketidaknyamanan mereka.
Bila Sehat Jiwa Itu Penting, Mengapa Banyak Yang Abai?