Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ganjar Pranowo, Mulai dari Solo "Black Zone" Hingga "Pesta Wisuda" Residen Paru

16 Juli 2020   18:29 Diperbarui: 16 Juli 2020   22:28 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buat yang kantongnya lagi tipis, wuiiih, set, set, set, hayuk dhyees, dhyeeess.......Ajak anak cucu, bareng tetangga sekampung tancap gas ke daerah Manahan, Solo utara, tempat anak muda biasa nongkrong, cari jodoh, cari tempat konkow, cari keringat (bagi yang suka jogging atau gowes), hmm kek Stadion GBK, tumplek blek. No social-physical distancing.

Bagi yang bermukim di Solo bagian selatan, mereka lebih memilih menghabiskan waktu family time-nya di Alkid alias Alun-alun Kidul. 

Permasalahannya, kebanyakan dari mereka datang bersama anak-anak yang masih dibawah umur sesuai dengan ketentuan protokol kesehatan, tanpa memakai masker, atau pun face shield, atau APD yang lain.

Wuiiidiiih...pemandangan yang sungguh menyegarkan bagi para virus Covid-19 yang tak kasat mata. Nemplok sana, nyaplok sini, duuh, duh, duh,...kalau Baginda citizen of Solo, pasti juga ga asing dengan pemandangan yang seperti itu.

Walhasil, mulai tanggal 13/07/2020 Alkid harus bersih dari pedagang kaki lima, sedang para pengunjung dipersilakan terlik (puter balik) ke rumah masing-masing.

Nii monmap ya, Baginda... Saya cuma buruh korporat, jadi mau ga mau, suka ga suka, ya kudu wara and wiri, ngantor, kalau libur, bisa garing lumbung saya. Bisa-bisa saya ga bisa nulis gegara ga punya daya beli paket data.

Pekerjaan saya ndak bisa dibikin WFH atau WAH (work at home). Tapi, saya pastikan kemana pun kaki melangkah keluar rumah, saya pake masker, ples umba rampe lainnya.

Nah, situasi seperti inilah yang terkadang membuat para petinggi juga susah untuk mengendalikan dan menekan angka kasus penderita flu corona.

Padahal, Pak Rudy juga pernah dhawuh, jikalau, andai saja, ada pengumpulan massa yang tidak mematuhi protokol kesehatan, maka akan diberlakukan test swab.

Oleh karena perkembangan jumlah penderita yang naik tajam, Pemkot Solo akhirnya paring dhawuh, Pasar tradisional Hardjodaksino untuk sementara tutup selama satu minggu penuh, gegara ada 1 orang meninggal di area Gemblegan teridentifikasi sebagai penderita flu corona. 

Baginda bisa membayangkan bagaimana perut puluhan orang harus memakai ikat pinggang ketat karena roda ekonomi mereka harus berhenti sementara. Kan yang susah kawula alit juga to...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun