Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antara Aku, Kau, dan Diya [Part 2: Kenang Mei '98]

12 Mei 2020   12:12 Diperbarui: 12 Mei 2020   12:13 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
aksi demo mahasiswa 12 Mei 1998 (sumber: Wikipedia)

Ada target yang ia tandai. Modusnya acak. Kasus hacker bank ini lebih menarik dari dugaannya semula. Pelakunya sangat lihai. Atau ia sendiri yang kurang paham IT? Apakah ia akan menyerah kalah pada kemampuan Ryu?
Artikel investigasi perempuan itu selalu mengarahkannya pada target beberapa kasus yang sedang ia hadapi. Ah, Ryu, entah mengapa kali ini perempuan itu sangat sulit untuk diajak bekerjasama.

Membaca sekumpulan arsip sungguh sangat membosankan. Lebih baik baginya turun ke lapangan dan mengejar target. Namun apa daya, sebutan reserse menimbuninya pula dengan tumpukan data, kala fakta lapangan tak jua mengambang di permukaan. Maka data-data manual ini yang harus ia gabungkan seperti puzzle logika. Kini mungkin ia harus berterimakasih pada arsip negara yang mempertemukannya pada fakta indah yang mungkin mampu menjadi alasannya bertemu perempuan misteriusnya, Ryu.

***

"Darco, kemana Paman Ndoblang?" teriak Ryu dari dalam kotak kecil kantornya.

"Pamit. Pulang ke desa. Kalo mau kopi bikin sendiri," sahut Darco dari dalam kapling sempit berjarak dua meter dari sekat ruang Ryu.

Ryu memandang artikel artefak kuno menumpuk di mejanya. Tema bacaan yang tak pernah mendapat rate tertinggi dalam setiap edisi keluaran majalah yang menaunginya, sungguh memberinya label perempuan aneh di kalangan teman-temannya. Apalagi dengan kacamata yang tak pernah menyingkir dari dua bola matanya, semakin menambah aksen jutek pada dirinya.

Bayangan rumah kontrakan lawas selalu mengganggu batinnya meski telah lewat tiga hari. Intuisi membimbingnya siang ini ke arah rumah lawas itu. Tanpa basa basi ia segera melesat pergi.

"Pak, permisi...," sahut Ryu memecah siang sunyi di depan rumah sewaan lawas. Sungguh siang sepi, bernada angin panas yang meniup kantung plastik hitam terbang tinggi lalu jatuh kembali.

Derit pintu biru muda terdengar ditarik paksa dari arah dalam rumah. Keluar seorang pria berkacamata, berkaus hitam dipadu celana jeans belel keluar dari dalam rumah.

Pria itu bertubuh kurus menggunakan topi Nike hitam polos plus jam tangan keluaran G-Shock melekat di pergelangan kanan pria berkulit coklat khas mongoloid Asia Tenggara yang menenggelamkan perawakan ras kaukasoid-nya yang  kurang lebih sepuluh sentimeter lebih tinggi dari Ryu.

Aroma parfum cedar wood tercium dari saat ia keluar rumah. Ryu memang sengaja berdiri agak jauh dari pintu tua itu. Ia ingin menemui tuan rumah yang tak pernah dijumpainya selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun