Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melihat Keindahan dalam Keburukan

17 April 2020   14:59 Diperbarui: 17 April 2020   19:26 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini berlaku pula untuk seseorang yang dekat di hati atau dalam sebuah relasi yang kita bangun dengan sesama. Are you with me now?

Semenjak kecil tanpa sadar kita diperhadapkan pada kenyataan bahwa semua rasa negatif seperti marah, kecewa, sedih, bahkan kehilangan, adalah emosi negatif yang sedapat mungkin kita hindari. Bahkan sekeras mungkin kita berusaha untuk menolak emosi negatif tersebut. Am I right?

Kay, sekarang, ironisnya kehilangan merupakan perasaan yang menjadi stresor kuat untuk melemahkan mental seseorang. 

Mengapa demikian? Kembali lagi pada akarnya, ini berkaitan dengan kepemilikan. Kita menganggap bahwa semua yang datang dan semua hal yang kita dapatkan dalam hidup kita adalah sesuatu yang bisa menjadi bagian dalam hidup kita. 

Seakan tanpa sadar bahwa segala yang ada di muka bumi ini mempunyai sifat yang berubah. Segalanya. Dalam ilmu fisika, kita tahu bahwa benda mati, seperti meja, kursi, lantai, atau apa pun itu semua memiliki partikel yang berubah.

Seperti saat kita menyelupkan jemari kita pada sebuah sungai yang mengalir, maka kita akan mendapati jemari kita menyentuh air yang berbeda. Demikian pula dalam kehidupan ini.

Setiap hal di dunia ini berubah. Begitupun setiap partikel di dunia ini, segalanya berubah. 

Mari saya ajak teman-teman mengulik dari sisi bahasa. Bagi yang ahli bahasa tolong koreksi jika nanti saya kedapatan salah, dalam hal ini. 

Dalam grammar bahasa Inggris Kita belajar membedakan penggunaan tenses. Ada past tense untuk kalimat masa lalu, ada present tense untuk kalimat masa kini, lalu ada future tense untuk kalimat masa datang. Semua pattern atau struktur kalimat berbeda dalam tiap penggunaannya.

Sadari bahwa segalanya berubah, maka tidak ada ke-akuan lagi. Aku yang sekarang akan menjadi aku di masa lalu. Maka dasar dari kepemilikan terhadap sesuatu akan hilang, karena tak ada aku. 

Bila kita mampu menghilangkan "aku", maka hilang pula rasa memiliki, dan mengatasi kehilangan bukan hal yang sukar. Yha, akan tetapi pada kenyataannya ini merupakan hal yang sangat sukar untuk dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun