"Besok, kita jalan ke Jogja yuk. Kamu mau, Tere?"
Jemarinya sibuk memainkan rok putih yang kubelikan saat Lebaran. Wajah ayunya kembali menunduk. Matanya menatap meja kasir, bola matanya tak henti bergerak ke kanan dan ke kiri. Bibir sempurnanya ia gigit sedikit. Kulihat ia menelan ludah berulang kali.
"Han...Jogja itu, rame," aku tersenyum dan memperhatikan kegelisahan wanita ayu di hadapanku.
"Tentu saja, kalau kita ke pasar, atau mall, atau tempat wisata yang lain. Kalau Tere mau, kita pergi ke tempat yang ga ada orang, gimana ?"
"Ke mana, Han?"
"Kuburan," gelak tawaku segera membahana, dan sebuah cubitan halus mendarat di pinggangku.
" Kita ke Malioboro, gimana?" tanyanya pelan.
Aku mengangguk sekali dan senyumnya kembali merekah, menghiasi wajahnya yang merona.
***
Dan, inilah kami. Aku berjalan cepat mengikuti langkah Tere dan lelaki itu. Sesampainya di sebuah gang dekat pasar, ia meraih lengan Tere.Â
Sesaat aku ingin menghajarnya. Menghabisi nyawa lelaki yang hanya mampu meninggalkan luka bagi wanitaku. Namun langkahku terhenti. Mataku menatapnya nyalang. Amarah telah bergemuruh dalam dadaku.Â