"Salah seorang dari kami selalu mengalah. Tak perlu memperdebatkan hal yang sederhana terlalu panjang. Itu tak penting," ujarnya sambil menikmati makan siangnya.
"Kalau saling marah? Kalian ga saling marah donk, iya kan?" saya masih penasaran dengan pengelolaan komunikasi mereka.
"Semua orang kan pernah beda pendapat, marahan, kami juga pernah. Selesaikan dulu marahnya, berdamai, trus baru tidur," jawabnya singkat.
Hmmm, benar juga. Bukankah marah itu kegilaan sejenak? Marah tak hanya selesai dengan tidur.
Bahkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim psikolog dari Iowa University, Amerika Serikat, yang mana tertuang dalam Journal of Research and Personality menyatakan bahwa banyak orang yang belum menyadari jika rasa stress akibat rasa marah dapat mengakibatkan meningkatnya aktivitas organ kardiovaskular (jantung).Â
Sehingga sangat disarankan untuk tidak memendam marah, apalagi terakumulasi menjadi amarah lalu dibawa tidur. Karena ini dapat merusak mental seseorang.
Well, teman-teman, saya hanya berharap, tulisan ini mampu membuat kita bersama-sama bersedia mengosongkan gelas kita untuk belajar diisi dengan melatih diri untuk memahami betapa pentingnya komunikasi dalam sebuah relasi.
Tulisan ini akan saya tutup dengan sebuah ilustrasi sebagai kontemplasi kita masing-masing.
Apabila Anda bekerja di sebuah perusahaan, entah itu milik anda sendiri atau milik orang lain, dan Anda tahu bahwa perusahaan tersebut akan bangkrut apa yang akan Anda lakukan?
Bukankah Anda akan berusaha keras untuk mempertahankannya? Bertahan. Dan berusaha sedapat-dapatnya agar perusahaan tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya, bukan begitu?
Lalu bagaimana dengan rumah tangga Anda? Apabila Anda berusaha dengan sebegitu rupa untuk mempertahankannya, lalu bagaimana dengan rumah tangga Anda? So, the answer is right in your own hand...