Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penghormatan Untukmu, Black Mamba

27 Januari 2020   16:37 Diperbarui: 27 Januari 2020   17:34 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya pribadi, ada dua dari sekian banyak pernyataan Kobe Bryant yang mempunyai nama panggilan Black Mamba ini, hingga saat ini berpengaruh dalam hidup saya.

1. " Hal yang paling penting adalah berusaha untuk menjadi inspirasi bagi orang lain sehingga mereka bisa menjadi hebat dalam apa pun yang mereka lakukan."

Bukankah setiap kita merindukan hidup yang saat ini kita jalani mampu menjadi berkat untuk semua orang di sekeliling kita? Ya, tentu saja.

Bukan untuk mempunyai kepribadian yang menyerupai orang lain, namun menggali potensi diri supaya mampu menjadi pribadi yang tampil "aeng" (kalau saya boleh meminjam sebutan yang dilontarkan oleh seorang Arswendo Atmowiloto).

Aeng bukan berarti aneh. Aeng dalam hal ini adalah menjadi menarik tanpa harus menjadi "kloning" dari idola kita. Jika saya boleh menyebutnya, menjadi pribadi yang menonjol diantara begitu banyak komunitas dan relasi yang mana sedang kita bangun.

Menjadi menonjol bukan seperti aksi salah seorang tetangga saya yang mempereteli sparepart kendaraan roda duanya, mengganti knalpot, sehingga bila berkendara, suaranya sangat mengganggu tetangga yang lain.

Memaksakan diri untuk menjadi pribadi yang extraordinary, bukanlah hal yang akan berakhir menarik. Bahkan segala yang ada pada diri kita menjadi menarik, jika kita mampu mengekspresikan diri, memposisikan kemampuan diri kita sesuai cetak biru Tuhan pada diri kita masing-masing.

Saya pengagum Kobe Bryant tapi bukan berarti bahwa saya harus menjadi sama seperti sang legendaris Kobe, bukan?

Semangat dan kerja kerasnya untuk menghabisi rasa malas-lah yang kemudian menginspirasi saya untuk bangkit, saat saya hampir menyerah untuk menggapai mimpi saya.

Termasuk dalam hal menulis. Bagi saya pribadi, saya lebih memilih bagaimana tulisan saya dapat memberi efek positif bagi para pembaca. Karena hidup ini adalah kesempatan, bukan?

Kesempatan bagi kita untuk sedapat mungkin berusaha memberikan manfaat bagi sesama. Mungkin tidak perlu berlebihan, hanya cukup menjadi diri sendiri, dan mencoba berbagi apa yang ada dalam diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun