"Words can't describe the pain I'm feeling," Michael Jordan said. "I loved Kobe- he was like a little brother to me. We use to talk often and I will miss those conversations very much," (The New York Times, 27/01/2020)
Notif dari kompas.com (27/01/2020) pagi ini membelalakkan mata saya. Satu kabar berita yang sangat mengejutkan sekaligus membuat saya tak percaya.
Jemari saya segera melaju kencang ke logo burung biru. #RIPMamba menambah keterkejutan saya. Satu dari sekian pribadi yang menginspirasi langkah hidup saya telah meninggal dunia.
Ya, pemain LA Lakers bernomor punggung jersey 8 dan 24, Kobe Bryant telah meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan helikopter menuju Mamba Academy bersama dengan keluarga Altobelli, serta Giana, putrinya.
Berjuta ungkapan duka dan kehilangan datang mengalir bak sungai Niagara. Pemain yang prestasinya tercatat sebagai pemain dengan point sebanyak 33.643, melampaui Michael Jordan, dan berada pada posisi di belakang Kareem Abdul-Jabbar, Karl Malone, dan LeBron James ini telah menginspirasi saya selama beberapa tahun terakhir.
Semangat yang luar biasa membuatnya menyabet gelar pemain NBA All Star termuda kala itu. Jejak three points dan slam dunk nya membuat saya selalu terpana kala melihatnya bermain gemilang untuk LA Lakers.
Kala ia gantung sepatu, di tahun 2017 yang lalu, ia tetap menginspirasi saya melalui dukungan penuh bagi putri tercintanya Gianna yang pula menjadi korban atas kecelakaan helikopter pada hari Minggu 26/01/2020.
Saya betul-betul kehilangan sosok Kobe. You really inspire me, mamen...
Beberapa pertandingan yang dijadwalkan berlangsung pada hari Minggu yang lalu pun sempat dihentikan 24 detik di awal, untuk memberi penghormatan terhadap tokoh legendaris tersebut.
Namun begitu, saat ini saya tidak akan mengulas banyak mengenai prestasi Kobe di masa yang lalu.
Bagi saya pribadi, ada dua dari sekian banyak pernyataan Kobe Bryant yang mempunyai nama panggilan Black Mamba ini, hingga saat ini berpengaruh dalam hidup saya.
1. " Hal yang paling penting adalah berusaha untuk menjadi inspirasi bagi orang lain sehingga mereka bisa menjadi hebat dalam apa pun yang mereka lakukan."
Bukankah setiap kita merindukan hidup yang saat ini kita jalani mampu menjadi berkat untuk semua orang di sekeliling kita? Ya, tentu saja.
Bukan untuk mempunyai kepribadian yang menyerupai orang lain, namun menggali potensi diri supaya mampu menjadi pribadi yang tampil "aeng" (kalau saya boleh meminjam sebutan yang dilontarkan oleh seorang Arswendo Atmowiloto).
Aeng bukan berarti aneh. Aeng dalam hal ini adalah menjadi menarik tanpa harus menjadi "kloning" dari idola kita. Jika saya boleh menyebutnya, menjadi pribadi yang menonjol diantara begitu banyak komunitas dan relasi yang mana sedang kita bangun.
Menjadi menonjol bukan seperti aksi salah seorang tetangga saya yang mempereteli sparepart kendaraan roda duanya, mengganti knalpot, sehingga bila berkendara, suaranya sangat mengganggu tetangga yang lain.
Memaksakan diri untuk menjadi pribadi yang extraordinary, bukanlah hal yang akan berakhir menarik. Bahkan segala yang ada pada diri kita menjadi menarik, jika kita mampu mengekspresikan diri, memposisikan kemampuan diri kita sesuai cetak biru Tuhan pada diri kita masing-masing.
Saya pengagum Kobe Bryant tapi bukan berarti bahwa saya harus menjadi sama seperti sang legendaris Kobe, bukan?
Semangat dan kerja kerasnya untuk menghabisi rasa malas-lah yang kemudian menginspirasi saya untuk bangkit, saat saya hampir menyerah untuk menggapai mimpi saya.
Termasuk dalam hal menulis. Bagi saya pribadi, saya lebih memilih bagaimana tulisan saya dapat memberi efek positif bagi para pembaca. Karena hidup ini adalah kesempatan, bukan?
Kesempatan bagi kita untuk sedapat mungkin berusaha memberikan manfaat bagi sesama. Mungkin tidak perlu berlebihan, hanya cukup menjadi diri sendiri, dan mencoba berbagi apa yang ada dalam diri kita.
Tak perlu memaksakan orang lain untuk meniru kita, atau menjalankan apa yang kita mau. Hanya sesederhana menjadi diri sendiri. Bukankah sangat membahagiakan jika kita dapat memberikan "rasa" positif bagi orang-orang di sekitar kita? Jadi bagaimana? Mau mencoba?
2. "Saya tidak tahu apakah saya bisa mencapai bulan, atau apa pun juga. Jika saya jatuh dari tebing atau ketinggian, maka terjadilah seperti itu. Saya akan tetap belajar."
Pernyataan Kobe Bryant yang ini memang sangat tidak enak didengar, apalagi diikuti. Pertanyaan saya, apakah ada diantara kita yang mau gagal? Pertanyaan yang konyol dan mudah dijawab, bukan?
Ya, tentu saja tak ada satu pun diantara kita yang inginkan kegagalan. Tak ada. Tapi pada kenyataannya, siapa diantara kita yang pada perjalanan hidupnya tak pernah melalui tahap kegagalan? Adakah? Jika memang ada, wow...Anda sangat beruntung, sobat.... Beruntung? Benarkah?
Mari kita bersama cermati.
Jika dalam hidup kita hanya terjadi hal-hal yang datar-datar saja, akankah kedewasaan kita bertumbuh? Katakan saja, karir kita lurus, suami atau istri di rumah menjalani rutinitas monoton setiap hari seperti tak pernah ada masalah, teman-teman kita tak pernah berbeda pendapat dengan kita, Dan hari-hari Kita dipenuhi dengan rutinitas yang itu-itu saja. Bukankah itu akan menjadi hal yang membosankan?
Manusia cenderung melakukan hal yang berlawanan dengan idealismenya untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam lingkungannya.
Jadi bukan hal yang aneh, bila kita pernah mengalami tahap "gagal" dalam hidup kita. Hanya bagaimana kita menyikapi kegagalan tersebutlah yang akan menjadi penentu hidup kita akan seperti apa.
Sadarkah kita, bila saat ini kita semua sedang berada dalam sebuah "sekolah"? Saya sering menyebutnya sebagai "universitas kehidupan". Tugas kita adalah belajar.
Permasalahan dan kegagalan dalam hidup patut kita syukuri. Mengapa? Karena tanpa kegagalan kita tak kan tahu bagaimana belajar untuk bangkit, tanpa kegagalan, kita tak akan belajar bagaimana mempunyai seorang sahabat sejati yang selalu berada di samping kita, tanpa kegagalan kita tak akan belajar mempunyai semangat untuk terus berusaha menemukan hal terbaik dalam hidup kita.
Selamat bagi Anda yang telah berjuang dan belajar untuk terus berusaha menemukan yang terbaik. Rehat sebentar tak mengapa. Namun bukan rehat untuk selamanya.
Bicara itu gampang? Menulis itu mudah, ah teori saja. Begitukah? Lalu, menurut Anda bagaimana cara membuktikannya? Just do it. Lakukan saja.
Seperti Kobe Bryant yang tidak pernah tahu apakah ia akan bisa mencapai bulan, atau apa pun juga. Yang pasti, ia menerima kegagalan dengan lapang dada, dan tetap terus belajar, selagi masih ada kesempatan.
*Solo,...ditulis untuk seorang Kobe Bryant, proud of having u as my inspiration one, mamen...have a great 'n peacefully rest in God...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H