"Bantu aku keluar dari tempat ini,"
"Maaf, Tuanku. Sebentar lagi jamuan makan malam dan pesta dansa segera selesai. Mohon bersabar,"
"Hhhsssh...." rasanya ingin kuucap mantra Tuan Dunberg dan menghilang dari tempat riuh ini.
Musik mengalun menjadi lembut. Tangan kuulurkan pada Pangeran Alvar. Bukan karena apa, namun yang aku tahu, kerajaan kecilnya masih terikat saudara dengan keluargaku. Alvar adalah sepupuku.Â
Ia seorang ksatria yang ternama karena kemahirannya mengadakan negosiasi dengan kerajaan lain, sehingga kerajaan kecilnya yang dahulu hanya sebentuk kastil dengan beberapa penduduk desa di sekitarnya kini berkembang menjadi sebuah kerajaan kecil yang cukup ramai dengan pasar dan tempat-tempat uniknya.
Sesaat musik mengalun. Alvar masih bersamaku. Kami masih menikmati dansa bersama dengan beberapa tamu yang ikut memuluskan lantai aula istana dengan dansa yang lebih mirip senam berirama.Â
Sesaat mataku melihat sepasang mata yang menatapku tajam. Tatapan yang membuat genggaman tangan Alvar kulepaskan. Aku mengejar sosok itu. Thea ada di belakangku.
Tanpa memperdulikan para tamu yang masih enggan meninggalkan tempat pesta, aku berlari mengejar sosok pria tegap yang mencoba menghilang dari pandanganku.Â
Di lorong yang sepi kuberanikan berteriak, memanggil namanya, "Boone berhenti!!"
Ia menghentikan langkahnya. Menoleh ke arahku, dan memelukku erat, dan kami diam dalam beribu kata yang tak mampu terucap. Isak tangisku perlahan mengalir tak tertahankan.
"Boone, mengapa kau pergi?" detak jantungnya terdengar begitu memburu. Aku masih dalam pelukan eratnya.