"Tentu saja. Tapi berjanjilah, kau akan mengembalikanku lagi ke sini. Aku takut Tuan Dunberg akan marah padaku, Thea,"
"Aku tahu. Kau memang gadis manis yang penurut,"
"Thea...." sapa Tuan Dunberg yang muncul tiba-tiba.
"Uuugh. Lihat kau akan lihat Tuan Dunberg yang sesungguhnya," bisik Thea padaku. "Tuan Dunberg," sapa Thea begitu manis dengan senyum basa-basinya.
"Tuan Puteri, nampaknya ada sesuatu yang penting? Atau kalian ingin pergi mencari sesuatu?"
"Emh..tidak, Tuan Dunberg,tapi sepertinya Tuan Puteri membutuhkan waktu untuk sedikit beristirahat, ya, istirahat," jawab Thea bersandiwara.
"Banyak hal yang harus Anda pelajari, Tuan Puteri. Ingat....waktu kita tak banyak. Penobatan segera akan dilaksanakan. Bukan begitu, Tuanku?"
"Aku hanya mengajaknya berkeliling ... sebentar...Bukan begitu, Tuan Puteri?" kakiku diinjaknya sedikit.
"Auuw, Theaaa, aduh...sakit,"keluhku pelan.
"Katakan sesuatu, Tuanku,"bisik Thea padaku.
"Ehem, Tuan Dunberg, ada perintah dari Ayah, agar aku dan Thea segera menemui seseorang. Ini penting. Perintah Tuanku Raja. Apakah kau akan melawannya?" kataku singkat.