Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Kado Terindah] Kasih Tak Sampai Sang Letnan Satu

5 Oktober 2019   09:57 Diperbarui: 5 Oktober 2019   10:10 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kay...

"30 September 1965. Siasat telah dibuat, oleh mereka yang sudah dikuasai nafsu laknat. Hanya demi sebuah kata daulat.

"Namun 30 September adalah hari yang seharusnya indah bagi seorang Pierre Tendean. Rencananya untuk memberi hadiah terindah bagi Maminya yang pada tanggal tersebut berulang tahun. 

"Pierre tak kembali ke rumahnya di Semarang, hari itu, ia melihat sebuah rumah indah. Rumah yang ingin ia tempati bersama Rukmini-nya, dua bulan lagi."

"Dua bulan lagi, Pak?" tanya Bayu yang biasanya lebih menyukai praktikum Biologi dari pada pelajaran sejarah yang seringkali membuatnya terlelap dan terbang di alam mimpinya.

"Ya, Pierre telah melamar kekasih hatinya. Mereka sempat LDR selama Pierre masih bertugas menjadi mata-mata dalam menjalankan tugasnya menyamar sebagai turis di Malaysia. Saat itu, Indonesia sedang gencar-gencarnya menjalankan politik Ganyang Malaya," jelas Pak Rangga, yang mulai berbangga dengan harinya.

Tak pernah ia melihat kelas XII IPS 1 seantusias ini. Biasanya para siswa di kelas ini lebih banyak tertidur pada jam pelajarannya. Selain itu, di tengah belajar, ada yang minta ijin ke toilet, dan ternyata pergi nongkrong di kantin sekolah.

Ada juga yang pernah ditemukan tengah flying, saat tertangkap basah oleh guru pengawas karena menenggak 5 pil ekstasi yang ia curi dari lemari obat ayahnya yang berprofesi dokter.

Semua guru sangat jengah dengan kelakuan para siswa IPS 1. Jelas banyak sekali tindakan indisipliner siswa di tengah waktu belajar mereka.

Tapi, hari ini berbeda. Ternyata, kisah Sang Letnan Satu ini membuat mereka tergiur dan penasaran. Sebagai wali kelas, Pak Rangga cukup yakin ini cara yang cukup jitu untuk mengajar mereka. 

"Tapi kan Pierre Tendean jadi korban G30S/PKI, Pak," sela Nino, siswa pemenang debat bahasa Inggris setingkat kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun