Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Kado Terindah] Kasih Tak Sampai Sang Letnan Satu

5 Oktober 2019   09:57 Diperbarui: 5 Oktober 2019   10:10 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dari sekian banyak anak gadis yang pernah dikenalnya, Rukmini, mempunyai daya tarik tersendiri. Lembut tutur kata dan santun bahasa, serta indahnya senyuman manis yang dimilikinya ternyata menghadirkan sosok gadis idaman yang selama ini Pierre simpan dalam kesadarannya yang paling dalam.

"Berjuta angan, berjuta pesona, berjuta kata dan berjuta mimpi terangkum dalam setiap pertemuan mereka. Hanya dua kali pertemuan. Ya, dua kali serasa begitu luar biasa.

"Hari demi hari lantun sapa terus menjelma dalam sentuhan romansa sang prajurit pilihan negri zamrud khatulistiwa.

'Pierre, dulu, Papa ingin kamu jadi dokter atau insinyur-lah. Tapi kamu pilih sekolah di Akmil. Ya, sudah Papa sama Mami mengalah. Tapi sekarang kamu juga pacaran dengan gadis Medan itu. Apa sudah kamu pikirkan benar-benar, Pierre,' kata Mitze, seorang kakak yang sangat disayangi Pierre.

"Mereka bahkan bagai dua saudara yang telah berpaut dalam darah dan jiwa. Bagi Mitze, adik lelakinya itu adalah sosok yang sangat luar biasa. Cakap, baik hati,  tak banyak bicara, peduli pada sesama.

"Ia ingat saat Papanya dipindahtugaskan ke sebuah desa kecil, di bawah kaki gunung Sumbing, Magelang. Rumah dinas itu memang sangat sederhana. Namun membekaskan arti dan makna yang luar biasa dalam ingatan Mitze.

"Hingga suatu saat pada malam Natal, mereka sekeluarga sedang berdoa. Tiba-tiba  Pierre menyenggolnya. Ia memberi kode, jika lilin yang ada di bawah pohon Natal itu hampir melalap habis isi rumah.

"Namun karena takut pada sang Papa, maka mereka berdua hanya berdiam, berharap doa-doa tersebut segera tuntas. Api mulai membakar pohon Natal mereka.

"Tatkala kata amin mulai terucap, mereka bukan secepatnya menyambar makanan yang tersaji di meja, namun secepat mungkin memadamkan api yang telah menyala hebat.

"Ya, kenangan itu terbersit di ingatan Mitze Faree, satu-satunya sharing partner Pierre. Seperti sekarang ini. Papa yang seorang dokter menganjurkan Pierre untuk  meneruskan profesi ayahnya.

"Pierre hanya tersenyum simpul, katanya, "Ah, jadi dokter iku apa. Dokter iku mung bisa nambani borok."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun