Panas siang itu tak menyurutkan niat kami untuk kembali bergulat dengan kamera dan alat perekam yang lain, demi mengabadikan momen penuh warna dan keagungan budaya bangsa, dalam gelaran aneka warna busana dan budaya bertaraf internasional.
Bersama dengan berpuluh-puluh para penikmat budaya, penyuguh informasi, sampai dengan penyuka seni photografi, saya akhirnya berada di jalanan kembali.
Kali ini satu tekad saya membagikan informasi tentang megahnya acara hasil gagasan dari Kementrian Pariwisata Republik Indonesia, yang tidak mungkin saya nikmati sendiri.
Bagi Anda semua, saya persembahkan artikel ini. Semoga Anda menikmatinya.
Seperti diketahui, setiap tahun, Kemenpar selalu membuat Calendar of Event (CoE )Â yang diselenggarakan di setiap destinasi budaya berbagai daerah di Indonesia.
Kota Solo mendapatkan kesempatan emas untuk mengadakan  gelar budaya yang termasuk dalam CoE Kemenpar tahun ini.Â
Sebuah yayasan yang menaruh perhatian pada budaya bangsa, khususnya budaya Jawa, Yayasan Solo Batik Carnival (SBC) didapuk untuk menyelenggarakan event besar ini.
Yayasan Solo Batik Carnival kali ini mengetengahkan gelar budaya berupa pawai budaya hasil kreativitas para pecinta seni dan pengrajin kota Solo, bertaraf internasional.
Masih tetap dengan memberikan perhatian khusus pada kerajinan batik milik bangsa sendiri, Solo Batik Carnival tak meninggalkan keanggunan pada setiap busana yang dipilih untuk ditampilkan dalam Pawai Solo Batik Carnival (SBC) tahun 2019.
Bertaraf internasional, karena kegiatan Pawai Batik kali ini mengambil tema "Suvarna Bhumi The Golden of ASEAN". Suvarna Bhumi sendiri bermakna "Negara Emas", berlatar belakang kerinduan para pecinta karya budaya Jawa akan terangkatnya akar budaya bangsa di hadapan mata dunia.
Dengan harapan tersebut, bukan hanya menjangkitkan semangat para pengrajin batik yang kini semakin surut, akan berubah menjadi tren kembali bahkan sampai tingkat dunia.Â
Selain itu, dengan diadakannya kegiatan Solo Batik Carnival XII ini, diharapkan akan mampu membuka bakat-bakat terpendam dari generasi muda untuk menampilkan kreativitasnya masing-masing dalam bentukan desain batik dan model busana yang tak kalah dengan karya masterpiece dunia.
Sesuai dengan tema Suvarna Bhumi, maka dalam kegiatan pawai SBC kali ini, para peserta berhak untuk menampilkan busana dengan desain dan kreasi masing-masing dalam tema batik yang mengangkat keistimewaan 11 negara ASEAN.
Persiapan selama 4 bulan ternyata membawa sebagian masyarakat Solo yang telah terseleksi, menuangkan ide mereka dibawah bimbingan Yayasan SBC mulai bulan April lalu telah mengadakan workshop bagi para peserta.
Peserta pawai budaya SBC ini bukan hanya berasal dari Solo saja, namun juga dari Semarang Carnival, Grobogan Carnival, dan Samarinda Carnival.
Kurang lebih 200 orang ikut ambil bagian dalam Solo Batik Carnival XII 2019. Iring-iringan terdiri dari drumb band, Paskibra Kota Surakarta, barisan busana 11 negara ASEAN penampilan dari anak-anak, lalu tampilan dari 11 negara ASEAN untuk busana dewasa, kemudian barisan budaya perwakilan dari Semarang ,Grobogan, dan Samarinda.
Pawai yang menampilkan keunikan masing-masing negara ASEAN ini dimulai dari Jalan Bhayangkara, melewati Jalan Slamet Riyadi, menuju ke arah Balaikota Surakarta yang berada di Jalan Jendral Sudirman.
Penampilan para peserta Solo Batik Carnival 2019
Iring-iringan pertama dibuka oleh penampilan drumb band dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surakarta, kemudian di susul dengan devile pembawa bendera merah putih dari Paskibra Kota Surakarta.
"Ini kami menurunkan total 35 orang dari 56 siswa yang tergabung dalam Paskibra Kota Surakarta untuk angkatan 2018," jelas Bambang, pembina Paskibra Surakarta.
Setelah rombongan pembawa bendera, kemudian ada rombongan dari Indonesia. Sebagai tuan rumah, Indonesia menampilkan corak batik Jawa Tengah, dengan mengusung tema Ratu Loro Blonyo.
Kemudian menyusul beberapa penampilan lain seperti dari negara Malaysia dengan ciri khas Menara Petronas dalam balutan warna silver.
Wisata di negara tersebut.
Dari Negara Filipina mengusung tema Kay Ganda Philippines yang menjadi jargonDari Thailand, memukau dengan menonjolkan warna putihnya, mengusung jargon Amazing Thailand menampilkan keunikan dan corak dari negara tersebut yaitu gading gajah.
Dari negara Myanmar, terlihat mewah dengan balutan batik dikombinasi dengan warna merah muda mengusung tema Be Anchented Myanmar.
Dan masih ada berderet penampilan negara-negara ASEAN lain. Masing-masing masih mengusung jargon wisata beserta ikon-ikon negara tersebut.
Singapura (Passion Made Possible), Laos, dengan warna ungunya mengambil tema Simply Beautiful Laos, Kamboja (Kingdom of Wonder Kambodia), Vietnam dengan tema Timeless Charm Vietnam, dan Timor Leste mengusung tema Being First Has It's Rewards.
Namun bukan itu saja. Nampaknya SBC tahun ini bukan hanya ingin menampilkan dari Solo saja, akan tetapi masih ada beberapa defile dari Semarang dan Grobogan.
Masih banyak lagi tampilan megah dari karya anak-anak bangsa yang jika saja bisa saya tampilkan semua di sini, maka serasa seperti budaya Indonesia yang tertumpah Dan tidak akan muat hanya dalam satu media.
Solo Batik Carnival sebagai sarana menduniakan budaya Indonesia
Batik sebagai warisan leluhur memang telah dikenal masyarakat sejak jaman dahulu. Namun budaya batik ini sendiri seakan tergusur oleh berbagai kepentingan yang mengatasnamakan globalisasi.
Maka dari itu, sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menggiatkan kembali para pengrajin batik, dan menumbuhkan edukasi bagi generasi muda, maka diselenggarakanlah kegiatan pawai budaya ini.
Kegiatan Solo Batik Carnival ini selain mampu mendatangkan para penonton dari kota maupun dalam Kota, ternyata Pawai kebudayaan ini pun mampu mempesona para wisatawan mancanegara yang ikut hadir untuk menyaksikan indahnya gelaran budaya Indonesia dalam balutan busana dan kreatifitas rakyat.
Keistimewaan dari Solo Batik Carnival dibanding dengan kegiatan lain adalah, terjadinya kolaborasi dari Pemerintah Kota Surakarta, Yayasan Solo Batik Carnival, Dan masyarakat Solo.
"Karena bukan hal yang mudah bagi masyarakat untuk membuat kostum yang bernilai antara tiga sampai dengan lima juta rupiah, " jelas Susanto, Ketua Yayasan Solo Batik Carnival yang sempat ditemui pada malam persiapan pementasan Solo Batik Carnival.
"Selain edukasi bagi generasi muda, kami sebagai yayasan sebagai duta wisata kota Solo di luar negeri, mengharapkan ke depannya nanti Solo akan menjadi kota pusat batik," tegas Susanto.
Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan harapan Pemerintah Kota Solo menjadikan Solo sebagai Kota Kreatif di Bidang Seni Pertunjukan Internasional.
Dampak dari diadakannya Solo Batik Carnival yang dimulai pada tahun 2008 lalu, para pengrajin batik, terutama di Kota Solo mulai banyak membuat karya-karyanya, bahkan untuk kegiatan-kegiatan pawai budaya di tingkat nasional.
Cahaya mentari terus turun di langit sebelah barat Solo seiring dengan berakhirnya pawai budaya Solo Batik Carnival. Akan tetapi aroma budaya yang telah tertanam dalam benak kami tetap terasa kuat.
Sekuat rasa cinta pada budaya agung para leluhur bumi Pertiwi yang terpatri dalam ingatan dan dada kami.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H