Suara-suara itu ada di kepala. Ingat saat Bunda berlari ke sini ke sana, mencari keluarga yang belum tibaÂ
Cukup Mei 1998 saja, ingat saat kepulan asap mall terbakar membuat gelap awan membentang di langit Solo
Cukup Mei 1998 saja, saat mahasiswa berusaha turun ke jalan meneriakkan lengsernya sebuah rezim penguasa
Cukup Mei 1998 saja, saat rona merah api dan ganasnya provokator bengis menghiasi kota yang santun akan budaya
Cukup Mei 1998 saja, tercium bau menyengat sisa mayat yang tak berani lompat dari bangunan tingkat milik warga berlabel non pribumi yang ikut sebagai korban Sang Laknat
Cukup Mei 1998 saja,Â
Ijinkan kami menghapus air mata kami dan saudara kami. Ijinkan sekarang kami berdiri, kembali berseri
Sebab kami selalu pahami, Solo tak pernah sendiri. Karena kami tahu, kau pun ada bagi kami, bersama memberi prestasi bagi negri nan indah tak terperi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H