Mohon tunggu...
Diah Erna
Diah Erna Mohon Tunggu... Guru - penulis lugu

menulis itu menyegarkan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berbenah Menuntun Kodrat Murid

30 Mei 2022   18:46 Diperbarui: 30 Mei 2022   23:08 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi ini diterapkan dalam acara bersih desa, kerja bakti makam, maupun orang bangun rumah. Kegiatan tersebut diikuti dengan kenduri, bahkan pagelaran seni baik wayang kulit maupun jaranan. 

Selain itu, sikap religius masyarakat masih sangat kental. Hal ini ditengarai dari banyaknya pondok pesantren yang berada di Karangploso. Masyarakat pun menginternalisasikan adat istiadat Jawa dan agama Islam. 

Hal ini terlihat dari peringatan-peringatan agama Islam, tetapi dikemas dalam budaya Jawa, semisal Suroan, Muludan, dan sebagainya. Masyarakat Karangploso juga menyelenggarakan acara rutin seperti tahlilan, dibaan, maupun yasinan.

Bagaimana internalisasi sosio-kultural masyarakat diterapkan di sekolah? Tentunya melalui pembiasaan, keteladanan, dan pengemasan acara yagng sama tetapi konsep yang berbeda. 

Contoh tradisi gugur gunung bisa dilaksanakan di sekolah melalui program Jumat Bersih, program kancil (komunitas anak cinta lingkungan), dan sebagainya. Secara tidak langsung, murid telah mengikuti budaya masyarakat. Dengan kerja bakti, murid berinteraksi, menjalin kerja sama dan bertukar pikiran untuk mewujudkan satu tujuan. 

Sementara itu, pengemasan sikap religius di sekolah dilaksanakan dengan pengadaan peringatan Maulid Nabi, Peringatahan Tahun Baru Hijriah, pembacaan surat pendek, asmaul husna setiap pagi, maupun penyelenggaraan ekstrakurikuler banjari dan kegiatan insidental istighosah. 

Mengapa ini penting? Karena sejatinya agama sebagai pondasi utama dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Bukankah pendidikan tanpa kebudayaan sendiri seperti perahu di lautan tanpa panduan arah (Dewantara, 1977).

Apa yang kemudian dilakukan untuk mengimplementasikan pemikiran Ki Hajar Dewantara? 

Pertama, melakukan diagnostik awal untuk mengenal karakteristik murid-murid dengan wawancara, isian, atau ceklist (hobi, harapan, kekhawatiran, pengetahuan awal, pola belajar murid). 

Kedua, membuat kesepakatan kelas terkait hal-hal yang akan dilakukan di dalam kelas baik aturan maupun sanksi. Dengan kesepakatan yang dibuat bersama, murid merasa dihargai sebagai individu dan tentu saja akan melaksanakannya.

Ketiga, hasil diagnostik awal digunakan untuk merancang pembelajaran yang aktif dan menyenangkan di mana murid diberi kebebasan bereksplorasi dalam menuangkan ide terkait materi yang dipelajari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun