Mohon tunggu...
Diah Dyo
Diah Dyo Mohon Tunggu... Guru - Emak tangguh

Lebih menyukai cerita dengan akhir bahagia, dan berharap bisa membawa kebahagiaan untuk semua

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Kazumi and Friends

4 Oktober 2023   17:34 Diperbarui: 4 Oktober 2023   17:42 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bukan Mental Tempe

Setelah makan banyak dan beristirahat sebentar, kelima remaja yang sedang berkumpul langsung tanding two-on-two di lapangan basket yang ada di halaman belakang rumah Kenan.  Rumah Kenan memang memiliki halaman yang luas. Ayahnya sengaja membuat rumah yang berukuran tidak terlalu lebar, dan menyisakan banyak lahan untuk taman dan lapangan basket.

"Udah dulu mainnya.  Nih tante bikin es kuwut, seger banget loh." Tante Sarah, mama Kenan, menawarkan satu teko minuman dingin berwarna hijau cerah.  Aroma melon dan lemon berpadu manis dan pastinya akan pas sekali di sore panas ini.

"Eh, tapi minum air putih dulu, jangan yang dingin.  Inget kan kalian sebentar lagi mau turnamen, harus jaga kondisi!"  Tante Sarah istiqomah dengan perannya sebagai emak-emak.  Setiap saat ada kesempatan untuk menasehati atau mengoreksi (dengan kata lain ngomel), pasti tidak akan dilewatkan begitu saja.

"Kenan dari tadi mainan HP aja deh.  Gak ikutan main, kamu?" Tanya tante Sarah.

"Gak boleh ikutan, Ma. Gak diajakin. Udah pas orang katanya." Jawab Kenan sok manja.  "Tuh Farrel, ma... yang gak ngebolehin main." Adunya.

"Dih cepu abis ni anak." Sahut Farrel.  "Kata dia tadi mager, Tan... kekenyangan." Tambahnya sambil membulatkan bola matanya kearah Kenan.

"Tante, ini seger banget! Enak... manis asam aku suka." Ucap Kazumi mengalihkan perhatian ketiga orang yang duduk di dekat bangku panjang di pinggir lapangan.  "Makasih ya, Tan."

"Iya... habisin sana.  Dah tante masuk dulu." Pamit tante Sarah berjalan pelan menuju ke dapur rumahnya.

"BANGKE!" Tiba-tiba terdengar suara Kenan mengumpat.

"KENAN, MULUTNYA! Astaghfirullah..." Seru tante Sarah kesal mendengar kata kasar yang keluar dari mulut anaknya. 

Padahal seandainya tante Sarah tau, Kenan dan teman-temannya sudah sangat familiar dengan kata makian dari yang level lembut sampai ke level setara dengan najis mugholadzoh yang harus dihindari.  Namanya juga anak muda, ye kan?

"Maaf, mama sayang.  Aku gak sengaja.  Gak diulang lagi.  Janji deh." Balas Kenan sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.

Bukan tanpa alasan Kenan mengumpat dengan sangat keras.  Saat dia sedang asik berselancar di Instagram, dia melihat komentar-komentar pedas yang terdapat di kolom komentar di akun milik Kazumi.

"Mimi, tadi lo posting foto waktu pas kita makan bareng?" tanya Kenan serius.

"Iya.  Yang tadi gue pake tongsis elo itu.  Kenapa emang?" Jawab Kazumi penasaran.  Kelima orang remaja itu langsung berkumpul di tempat Kenan duduk.

"Liat nih, ada komentar yang gak pake otak gitu.  Buka deh IG kalian." Sahut Kenan.

Serentak mereka mengeluarkan ponsel mereka dan mulai mencari apa yang Kenan baru saja katakan.

"Astaghfirullah... siapa sih? Kok jahat banget?" air muka Kazumi yang semula penuh senyum mendadak datar.

"Ya Allah... busuk hati ni orang.  Jangan lo tanggapi, Mi... Cuma orang jahat n iri dengki yang bisa ngomong begini. Setan!" Kalau tanggapannya seperti ini, sudah pasti Maura yang berkomentar.

Farrel yang berdiri di samping Kazumi mengusap lembut punggung Kazumi memberi dukungan moral.  Sedangkan Sky masih terdiam dengan perhatian penuh ke ponselnya.

"Coba lo inget-inget, Mi... kira-kira siapa saja yang jadi musuh lo?" Selidik Farel. 

"Gue sih gak pernah ngerasa punya musuh. Si Maur tuh yang musuhnya banyak, kan siapa aja diomelin sama dia"

Maura yang awalnya merasa kasihan terhadap Kazumi mendadak mendelik dan memutar matanya. Dengan nada disabar-sabarkan dia menyentuh kening (dibaca menoyor) Kazumi.

"Eloo, Cumi! BUKAN GUE!"

"Beeuuh, lo kalo lagi ngomel gitu kaya emaknya Cinderalla, Mau.  Sadeees!  Ya udah sih, biarin aja.  Itu kan namanya fitnah.  Gak usah direspon.  Nanti yang nyebarin fitnahnya senang." Jawab Kazumi tak acuh.

"But they said that you are ..." Sky yang sedari tadi diam akhirnya ikut bicara walaupun tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.

"But I am not. You guys know that too.  So, who cares!" Balas Kazumi santai. 

Awalnya dia memang kesal dan sedih membaca komen yang ditulis oleh akun yang dia yakin adalah akun palsu dan juga bukan termasuk pengikutnya.  Tapi kemudian Kazumi ingat, kalau dia tidak melakukan kenapa harus takut.  Bundanya pernah bilang, kalau kita memang tak akan bisa menyenangkan semua orang, nah orang ini sepertinya salah satu yang tidak senang dengan dirinya.

"Udahlah ga usah dipikirin. Yuk, lanjut main lagi."

"Yuk!" Sky langsung mengambil bola dan mulai mengoper bola basketnya ke Kazumi. Sky memang sengaja mengalihkan perhatian Kazumi agar tidak lagi memikirkan tentang hoax yang membawa nama gadis yang memiliki nama jepang namun bertampang bule ini.

****

Ketika sampai di sekolah pada keesokan harinya, Kazumi mendapatkan banyak tatapan yang tidak biasa dari siswa-siswa di sekolahnya.  Walaupun banyak yang bersimpati, namun tidak sedikit juga yang memberi tatapan yang menghakimi.

"Ish, masih berani exist lo?"

"Dasar gak tau malu" Tiba-tiba entah dari mana Camelia dan Desi menghadang Kazumi.

"Emang kenapa? Gak ada masalah tuh." Kazumi melangkah terus tanpa memperdulikan ucapan dua keong racun tersebut. Seakan sudah mempersiapkan diri untuk hari ini, Kazumi malah santai berjalan menuju kelasnya.

Melihat Kazumi yang tidak terpengaruh dengan provokasinya, Camelia kembali berkata,

"Jijik banget sih, satu sekolah sama cewek obralan begitu, euw... Lo sok asik begini karena ngerasa bakal dibela sama Farel n Kenan kan? Heh... lama-lama juga mereka bakalan jijik sama elo"

Pait... pait... pait... Ga denger, ga ngaruh. Kazumi menulikan telinga dan melanjutkan langkahnya.

"Kazumi! Wait up." Suara bariton milik Sky menghentikan langkah Kazumi.  Dia membalikan badannya dan melihat Sky setengah berlari menuju ke arahnya. Dan saat berpapasan dengan Camelia, Sky menyempatkan diri berhenti dan menyapa Camelia.

"Lo Camel, kan?"

Dengan senyum yang hampir menyentuh telinganya, Camelia merapikan anak rambut ikal yang menutup wajahnya.

"Iya. Ca-me-lia. Lo Sky kan? Yang anak baru itu?" Raut wajah judes Camelia berubah 180o menjadi semanis Aurora si putri tidur.

"Iya. Gue cuma mau bilang, mulut lo kok busuk ya." Selesai mengatakan hal tersebut, Sky langsung berjalan menyamai langkah Kazumi yang terkaget-kaget melihat apa yang Sky lakukan.  Si anak baru yang irit kata itu berani mengatai ratu sekolah ini?

"Gak bareng sama Kenan n Farel?" Tanya Sky. 

"Enggak.  Tadi gue ikut ayah.  Lo udah sarapan belom? Kita mampir ke kantin dulu yuk.  Gue pengen yoghurt blueberry."

"Yuk!"

Kebetulan Sky tadi memang tidak minat sarapan, papanya sedang dinas ke luar negeri.  Sejak mamanya meninggal, rumah Sky memang sudah tidak lagi menjadi tempat yang hangat dimana dia betah menghabiskan banyak waktu.  Papanya sangat sibuk.  Saking sibuknya bahkan saat Sky mendaftar ke sekolah ini dulu, dia hanya diantar oleh sekretaris papanya.

"Do you want to talk about it?" Sky yang sejak kemarin penasaran bagaimana perasaan Kazumi akhirnya bertanya juga.

"About what? That "b*tch" thing? Nope!" Kazumi benar-benar terlihat sangat santai menghadapi masalah yang sebenarnya bisa merusak nama baiknya. "Biarin aja. Secara gak langsung gue jadi famous tanpa usaha" tambahnya sambil menaikturunkan kedua alisnya.

"Weits, keren.  You go, girl!"

"KACUMIIIIIII!!!"

Suara cempreng mengalahkan ributnya kantin yang penuh dengan siswa lapar di pagi hari datang dari Hanna, seorang gadis tomboy yang berjalan mendekat Kazumi dan Sky.

"Berisik, Hanna. Gak usah teriak-teriak. Kenalin nih Sky, anak baru pindahan dari kemaren."

Tanpa memperdulikan omelan Kazumi, Hanna yang merupakan teman SMP Kazumi dulu, langsung menjabatkan tangannya ke Sky dan kembali fokus ke gadis bermata coklat tersebut.

"Siapa yang bilang kalo elo tu sugar baby?" tanyanya frontal.

Sambil terus menikmati yoghurtnya, Kazumi hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh.

"Buta kali ya tu orang? Sugar baby kaya gini? Handphone standar, jam tangan gak ganti dari SMP, sepatu... paling lo cuma punya dua, perhiasan ga ada. Heran gue. Gue pikir dah lama gue gak main bareng elo, dan katanya sekarang jadi sugar baby, lo bakal udah jadi Barbie hidup, shining, shimmering, splendid.  Gak taunya tetap bule buluk juga, gini-gini aja. Gak ada bedanya." Mata Hanna meneliti Kazumi dari atas ke bawah.

"Mulut lo, Han! Eh iya juga ya.  Sejak beda kelas, lo jarang gabung sama kita-kita.  Elo sih, gak ikut basket.  Senang banget ditonjokkin ikutan ekskul taek won do."

Walaupun kata-kata Hanna bukan untuk konsumsi makhluk lemah, tapi perhatian dan pembelaan Hanna terlihat jelas.  

"Huahahaha, bule buluk!" Sky tak bisa menghentikan kekehannya.

"HEH!!! Lo ngetawain temen gue?"

Hampir saja kerah kemeja Sky ditarik kasar oleh Hanna yang tidak terima Kazumi ditertawakan.  Kedua tangan Sky terangkat ke udara, tidak akan membalas kelakuan Hanna.

"Santai, woy! Dia aman.  Dia temannya si kembar siam juga kok." Bela Kazumi sambil menepis tangan Hanna yang mengarah ke leher Sky.

Suara cempreng menggelegar Hanna sudah pasti menarik perhatian seluruh siswa yang ada di kantin pagi itu.  Dan pemikiran nyeleneh ala Hanna membuka pikiran mereka.  Sehingga tanpa perlu bersusah payah Kazumi yakin teman-temannya bisa membedakan antara fitnah dan kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun