Mohon tunggu...
Diah Dyo
Diah Dyo Mohon Tunggu... Guru - Emak tangguh

Lebih menyukai cerita dengan akhir bahagia, dan berharap bisa membawa kebahagiaan untuk semua

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kazumi and Friends

27 Juni 2023   16:30 Diperbarui: 27 Juni 2023   16:32 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Satu Hari, Sial Dua Kali

Pukul 11 pagi ini sepertinya semesta berpihak pada pak Indra. Hari yang cerah, tidak ada awan mendung sedikitpun yang berani menutupi panasnya sinar matahari.  Cuaca idaman emak-emak, setelah lelah mencuci pakaian. 

Tepat di depan sebuah tiang bendera, empat siswa yang terlihat tak kalah bersinar dari matahari berdiri dengan peluh yang mulai menetes di pelipis masing-masing.  Jangan dulu berpikir jika pak Indra adalah guru yang tidak berperikemanusiaan dan melanggar HAM. Tenang... beliau adalah guru olahraga sekaligus pelatih basket dari keempat anak yang termasuk dalam tim inti klub basket sekolah ini.  Jadi beliau tahu sampai dimana kemampuan dan ketahanan fisik anak didiknya.  Lagi pula mereka baru berdiri di sana selama 5 menit.

Pak Indra sebenarnya mengerti alasan kenapa keempat anak tersebut membolos, namun bagaimanapun membolos adalah hal yang tidak diperbolehkan.  Dan karena mereka berempat termasuk anak-anak yang popular di sekolah ini, maka mau tidak mau pak Indra harus tetap menghukum mereka, sebagai contoh untuk siswa lainnya

"Besok-besok Cumi ga usah ikut bolos lagi ya... Nyusahin!" Maura sudah mulai mengeluh karena mulai tersiksa.  Sebenarnya bukan karena panasnya, tetapi lebih karena dia harus diam tidak boleh bergerak petakilan seperti biasa.

"Maaf..." ucap Kazumi dengan bibir manyunnya.  Wajah putih Kazumi sudah berubah pink karena panasnya cahaya matahari.  "Besok-besok kalo bolos lagi ga bakal nyapa-nyapa guru lagi deh. Janji!" tambahnya.

"Rel, maju dikit dong supaya mataharinya ketutupan." Pinta Maura ke Farrel.  Cowok atletis dengan tinggi badan 183 cm memang paling benar kalau dijadikan penghalang cahaya matahari.  "Elo juga, Ken.  Kasian si Cumi, lama-lama dia jadi cumi asin, kering kejemur." Maura sedikit mendorong badan Kenan agar sedikit maju menutupi cahaya matahari di depan wajah Kazumi.

"Rel, kalo si Banyu kakinya patah begitu, yang gantiin siapa dong?" Tanya Kenan mengkhawatirkan pertandingan bulan depan. 

"Masih bulan depan sih... tapi mudah-mudahan Banyu udah sehat ya." Ucap Farrel tidak yakin.

"Ya kali patah kaki sebulan udah sembuh, lo pikir kakinya si Banyu kaki Barbie yang bisa di lem pake lem korea langsung nyambung lagi?" Sahut Kazumi.

"Iya juga sih... Kita liat keputusan couch Indra nanti aja deh.  Gue juga bingung.  Mo nyuruh Maura gantiin Banyu tapi casing dia cewek." Farrel melirik Maura yang berperawakan cukup tinggi untuk ukuran cewek.  Maura Khairani adalah cewek tomboy yang berwajah manis dengan tinggi 170 cm dan memiliki tubuh berisi, tidak gemuk tapi tidak kurus.  Bila hanya melihat wajahnya, dia sepertinya tidak cukup garang untuk menjadi kapten basket di tim putri sekolahnya, tapi begitu melihat perawakan dan gerakan tangkasnya, siapaun bisa menilai bahwa dia adalah cewek atletis yang cekatan, sangat cocok menjadi seorang kapten.

Priit... Priiit... Pritt... Suara peluit pak Indra menjerit kencang dari pinggir lapangan.

"Udah bubar sana... jangan diulangi lagi ya! Kalo diulangi lagi, tak hmmmp" ucap pak Indra dengan aksen jawa kentalnya sambil mengacungkan kepalan tangannya.  "Minum dulu sana, abis itu langsung masuk kelas! Jangan minum dingin, jaga kondisi kalian!

"Siap, couch!" Jawab keempat anak tersebut yang mulai berlari meninggalkan lapangan upacara langsung menuju ke arah kantin.

"Nih... maafin gue ya teman-teman.  Kapan-kapan kita bolos lagi ya, kali ini gue udah ngerti." Kazumi menyodorkan masing-masing satu botol air mineral ke teman-temannya.

"Itu keringet apa iler sih, Zu? Muka lo basah semua tuh, bocil!" Farrel menyodorkan tissue ke arah Kazumi.  Iya benar... Farrel dan Kenan memang sangat menjaga Kazumi seperti menjaga seorang adik.  Kebetulan jarak usia Kazumi dan teman-teman cowoknya berbeda dua tahun, karena Kazumi sempat mengikuti kelas percepatan ketika mereka masih duduk di bangku SMP.

Kazumi, Farrel dan Kenan sudah bersahabat sejak SMP.  Saat itu Kazumi seharusnya naik ke kelas VII, tetapi hasil tesnya menyatakan dia bisa langsung masuk ke kelas IX, kebetulan terdampar di kelas Farrel dan Kenan.  Sejak saat itu, mereka seperti trio kwek kwek yang kemana-mana selalu bertiga.

"Yuk, buruan! Abis ini pelajaran matematika lagi tau...  Kemarin kita udah bolos, kalian mah enak udah pada ngumpulin tugas, tugas gue kan ketinggalan, jadi pasti kena deh gue hari ini." Kata Kazumi.  Wajahnya yang sedikit takut membuatnya terlihat lucu.

Gegas mereka masuk ke dalam kelas dan langsung saja Bima menggoda Kazumi,

"Hayo lo, Kazumi... kemaren pak Bani nanyain elo... Hayo lo... hayo lo."

Weits, tunggu... jangan membayangkan Bima sebagai cowok tinggi besar dan macho.  Dia adalah bentuk doa orang tua yang tidak terkabul.  Namanya memang Bima, tapi tingkahnya Dina.  Bima berbadan kurus dan gemulai. Tipe-tipe cowok setengah matang yang kemayu. Kelebihan yang dia punya adalah keparcayaan diri selevel artis top level internasional.

"Gak takut, wleee!" sahut Kazumi sambil menjulurkan lidahnya.

"Selamat siang, semua!" Suara pak Bani membuat anak-anak yang awalnya masih bertebaran di dalam kelas, serentak duduk rapi di tempat mereka masing-masing.

"Siang, Pak..." Jawab seluruh penghuni kelas XI IPS 2. 

"Kazumi Shamilla hadir hari ini?" Tanya pak Bani seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas.

"Hadir, Pak." Jawab Kazumi sambil mengangkat tangannya perlahan.

"Sini kamu." Panggil pak Bani dan berjalan menuju meja guru untuk meletakkan laptop dan bukunya.

Kazumi berdoa dalam hati dan pelan-pelan berjalan menuju meja guru. "Bismillah, bantuin Mimi ya Allah." Ucapnya lirih.

"Kenapa kamu kemaren bolos pas pelajaran saya? Kamu engga suka sama saya, atau gimana?" Tanya pak Bani dengan tangan yang tersilang di depan dadanya.

"Em.. Nggg... jadi gini, pak.  Beberapa hari ini, teman-teman sering ngledekin saya, pak.  Kata mereka bapak suka sama saya.  Saya kan jadinya gak enak hati, pak.  Malu! Mereka bilang saya pacar bapak. Padahal kan engga ya, Pak?" Karang Kazumi sambil memilin-milin seragamnya. 

Teman-teman sekelasnya langsung terdiam dan bahkan ada yang menganga.  Entah arwah sutradara mana yang sedang membisiki Kazumi, sehingga dia bisa membuat skenario playing victim paling hebat di semester ini.

"Gila si Cumi, engsel otaknya kendor semua..." bisik Farrel ke Kenan, yang senyum senyum memberi acungan dua jempol ke arah Kazumi.

"Oh... begitu?" Semburat merah terlihat di wajah pak Bani.  Salting dia... hehehe... Ya iya lah, difitnah jadi pacarnya cewek cantik macam Kazumi siapa yang nolak coba?

"Ehem, ehem..." pak Bani mencoba menguasai perasaannya. "Jangan gitu ya, anak-anak... kasian tu Kazumi jadi terganggu. Saya dan Kazumi gak ada hubungan apa-apa kok" Ucapnya.  "Ya sudah, Kazumi. Silahkan duduk kembali.  Kita mulai pelajarannya." Pak Bani membuka laptopnya, lalu membuka bukunya, dan kembali ke laptopnya.  Ternyata saltingnya belum selesai.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun