Priit... Priiit... Pritt... Suara peluit pak Indra menjerit kencang dari pinggir lapangan.
"Udah bubar sana... jangan diulangi lagi ya! Kalo diulangi lagi, tak hmmmp" ucap pak Indra dengan aksen jawa kentalnya sambil mengacungkan kepalan tangannya. Â "Minum dulu sana, abis itu langsung masuk kelas! Jangan minum dingin, jaga kondisi kalian!
"Siap, couch!" Jawab keempat anak tersebut yang mulai berlari meninggalkan lapangan upacara langsung menuju ke arah kantin.
"Nih... maafin gue ya teman-teman. Â Kapan-kapan kita bolos lagi ya, kali ini gue udah ngerti." Kazumi menyodorkan masing-masing satu botol air mineral ke teman-temannya.
"Itu keringet apa iler sih, Zu? Muka lo basah semua tuh, bocil!" Farrel menyodorkan tissue ke arah Kazumi. Â Iya benar... Farrel dan Kenan memang sangat menjaga Kazumi seperti menjaga seorang adik. Â Kebetulan jarak usia Kazumi dan teman-teman cowoknya berbeda dua tahun, karena Kazumi sempat mengikuti kelas percepatan ketika mereka masih duduk di bangku SMP.
Kazumi, Farrel dan Kenan sudah bersahabat sejak SMP. Â Saat itu Kazumi seharusnya naik ke kelas VII, tetapi hasil tesnya menyatakan dia bisa langsung masuk ke kelas IX, kebetulan terdampar di kelas Farrel dan Kenan. Â Sejak saat itu, mereka seperti trio kwek kwek yang kemana-mana selalu bertiga.
"Yuk, buruan! Abis ini pelajaran matematika lagi tau... Â Kemarin kita udah bolos, kalian mah enak udah pada ngumpulin tugas, tugas gue kan ketinggalan, jadi pasti kena deh gue hari ini." Kata Kazumi. Â Wajahnya yang sedikit takut membuatnya terlihat lucu.
Gegas mereka masuk ke dalam kelas dan langsung saja Bima menggoda Kazumi,
"Hayo lo, Kazumi... kemaren pak Bani nanyain elo... Hayo lo... hayo lo."
Weits, tunggu... jangan membayangkan Bima sebagai cowok tinggi besar dan macho. Â Dia adalah bentuk doa orang tua yang tidak terkabul. Â Namanya memang Bima, tapi tingkahnya Dina. Â Bima berbadan kurus dan gemulai. Tipe-tipe cowok setengah matang yang kemayu. Kelebihan yang dia punya adalah keparcayaan diri selevel artis top level internasional.
"Gak takut, wleee!" sahut Kazumi sambil menjulurkan lidahnya.